Jakarta, Pahami.id —
Israel panggil wakil duta besar Turki sebagai protes setelah kedutaan besarnya di Tel Aviv menurunkan benderanya menjadi setengah tiang. Penurunan bendera merupakan bentuk duka atas meninggalnya seorang pemimpin politik Hamas Ismail Haniyah.
“Negara Israel tidak akan memberikan belasungkawa kepada pembunuh seperti Ismail Haniyeh,” kata Menteri Luar Negeri Israel Katz dalam pernyataannya seperti dikutip dari AFP. Reuters pada Jumat (2/8).
Melalui media sosial X, Katz mengatakan Haniyeh pernah menjadi pemimpin Hamas saat serangan 7 Oktober ke Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Dia juga memimpin Hamas menyandera lebih dari 250 warga Israel, termasuk orang asing, sehingga mendorong Tel Aviv melancarkan invasi brutal ke Jalur Gaza Palestina hingga hari ini.
Haniyeh terbunuh di Teheran saat menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Israel bungkam atas tuduhan mendalangi serangan yang menewaskan Haniyeh.
Namun Hamas dan beberapa negara seperti Iran dan Türkiye percaya bahwa pembunuhan Haniyeh dilakukan oleh Israel.
Presiden Turki Tayyip Erdogan bahkan menetapkan hari Jumat tanggal 2 Agustus sebagai hari berkabung nasional bagi Haniyeh.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Oncu Keceli mengkritik pernyataan Katz dan mengatakan Israel tidak dapat mengancam diplomat untuk mencapai perdamaian.
“Anda tidak bisa mencapai perdamaian dengan membunuh negosiator, mengancam diplomat,” kata Keceli, merujuk pada pembunuhan Haniyeh.
Hingga saat ini, penyebab meninggalnya Haniyeh masih belum jelas. Haniyeh disebut tewas akibat bom yang diselundupkan ke kediamannya di Teheran, Iran, beberapa bulan lalu.
Temuan tersebut berdasarkan informasi dari tujuh pejabat Timur Tengah dan satu pejabat Amerika Serikat. Waktu New York (NYT) melakukan penyelidikan untuk menyelidiki kematian Haniyeh pada Rabu (31/8) dini hari waktu Teheran.
Detail terbaru NYT menolak klaim Iran bahwa Haniyeh terbunuh oleh proyektil mirip rudal.
Berdasarkan hasil penyelidikan NYTbom tersebut diam-diam diselundupkan ke kediaman Haniyeh sekitar dua bulan lalu.
Wisma Haniyeh dioperasikan dan dikendalikan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). Wisma ini merupakan bagian dari kompleks besar yang dikenal sebagai Neshat, terletak di utara Teheran.
Belum jelas bagaimana bom itu bisa disembunyikan di sebuah wisma yang seharusnya dijaga ketat.
Para pejabat percaya bahwa Negara Zionis telah bersiap untuk menyelundupkan bom ke kediaman Haniyeh selama beberapa waktu dan telah memantau secara ekstensif lokasi kediaman Haniyeh di Iran.
(rds)