Jakarta, Pahami.id —
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan pihaknya kini mempunyai “kesempatan” untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
“Kami mungkin sekarang memiliki kesempatan untuk mencapai kesepakatan penyanderaan. Israel serius untuk mencapai kesepakatan penyanderaan dan saya berharap kami dapat melakukan ini dan melakukannya sesegera mungkin,” kata Gideon dalam pesan video dari pertemuan di Malta, mengutip AFPKamis (12/5).
Sebelumnya, Israel menuduh milisi Hamas menyandera lebih dari 250 warganya dalam serangan maut pada 7 Oktober 2023. Beberapa sandera Hamas adalah orang-orang dengan kewarganegaraan ganda AS-Israel.
Mengutip Reuters, Selasa (3/12) dini hari WIB, sedikitnya 101 sandera Israel dan warga asing masih hidup di Gaza.
Pada hari Senin, kelompok milisi Hamas di Gaza menyatakan setidaknya 33 sandera telah tewas akibat pemboman militer Israel di Jalur Gaza dalam 14 bulan terakhir sejak Oktober 2023.
Dalam serangan yang berlangsung lebih dari 14 bulan itu, setidaknya lebih dari 44 ribu warga Palestina, yang mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, tewas. Invasi Israel ke Jalur Gaza dilakukan setelah milisi Hamas melakukan penetrasi ke negara Yahudi tersebut dan disebut-sebut telah menyandera lebih dari 250 orang serta membunuh 1.200 orang.
Hamas menuntut diakhirinya perang, dan meminta Israel menarik seluruh pasukannya dari Gaza sebagai bagian dari kesepakatan untuk membebaskan sandera yang tersisa.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang akan terus berlanjut sampai Hamas tersingkir dan tidak ada lagi ancaman terhadap Negara Yahudi.
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga pernah mengeluarkan ancaman akan ada pembalasan di Timur Tengah jika sandera Israel di Jalur Gaza tidak dibebaskan sebelum ia dilantik pada 20 Januari.
Trump mengungkapkannya melalui akun media sosialnya, Senin (2/12) waktu setempat.
“[Jika] jika sandera tidak dibebaskan sebelum tanggal 20 Januari 2025, tanggal di mana saya dengan bangga menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada NERAKA YANG HARUS DIBAYAR di Timur Tengah, dan bagi mereka yang bertanggung jawab melakukan hal ini. kekejaman terhadap Kemanusiaan,” tulis Trump, yang akan menikmati masa jabatan kedua sebagai presiden AS.
“Mereka yang bertanggung jawab akan terkena dampak yang lebih parah dibandingkan siapa pun yang pernah terkena dampaknya dalam sejarah panjang Amerika Serikat,” tambah Trump.
(tim/dmi)