Kelompok pemberontak Houthi di Yaman serangan masih berlangsung Israel di tengah perang Hamas Palestina. Sejauh ini, Houthi telah melakukan tiga serangan terhadap Israel sejak menyatakan perang.
Houthi baru-baru ini menonaktifkan drone AS pada Rabu (8/11). Sebelumnya, pada tanggal 31 Oktober, juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan dia meluncurkan “sejumlah besar” rudal balistik dan drone ke arah Israel.
Saree mengatakan serangan itu dilakukan “untuk membantu Palestina mencapai kemenangan.” Ia juga menekankan bahwa serangan seperti ini akan lebih sering terjadi mulai sekarang, lapor Reuters.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pernyataan Houthi ini menegaskan, konflik Hamas dan Israel kini sudah meluas hingga Yaman, selain sebelumnya sudah sampai ke Lebanon dan Suriah.
Berdasarkan laporan tersebut Al Jazeera Pada Kamis (9/11), Iran sebelumnya memperingatkan Israel bahwa jika perang di Gaza tidak berakhir, maka akan muncul “front baru” yang akan bersekutu dengan negara tersebut.
Houthi dan Hizbullah dari Lebanon adalah milisi di Timur Tengah yang merupakan bagian dari Front Perlawanan yang diyakini didukung oleh Iran.
[Gambas:Video CNN]
Sejak Israel berperang dengan Hamas pada 7 Oktober, beberapa milisi di Timur Tengah juga melancarkan serangan ke Israel dan wilayah sekutu sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.
Keterlibatan Houthi dalam membantu Hamas dinilai mengkhawatirkan Israel karena Negara Zionis juga berhadapan dengan kelompok Hizbullah di Lebanon selatan.
Namun, Houthi tampaknya tidak mengerahkan kekuatan penuh mereka melawan Israel. mereka tidak menggunakan rudal balistik Toofan yang dikenal sebagai senjata unggulan.
Houthi juga memiliki 136 drone Shah yang diyakini Barat digunakan oleh Rusia dalam perang melawan Ukraina. Namun, Teheran mengatakan pasokan senjata tersebut ditahan untuk dikirim ke Moskow karena tidak dimaksudkan untuk perang.
Profesor di Sekolah Pascasarjana Urusan Publik dan Internasional di Universitas Ottawa, Thomas Juneau, mengatakan Houthi tidak akan mengerahkan kekuatan penuh dalam perang Hamas vs Israel.
“Jika Houthi menyerang Israel dengan drone dan rudal mereka sendiri, ada kemungkinan pertahanan udara Israel dapat mencegat mereka,” kata Thomas Juneau.
Namun, jika Houthi bergabung dengan beberapa kelompok lain yang didukung Iran, seperti Hamas, Jihad Islam, Hizbullah, dan mungkin berbagai milisi di Suriah, untuk menyerang Israel secara bersamaan, maka besar kemungkinan pertahanan udara Israel akan kewalahan. dia berkata. dia melanjutkan.
“Perang multi-front seperti ini adalah skenario mimpi buruk bagi Israel,” simpul Juneau.
Hingga Kamis (9/11), Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 10.790 warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Gaza, yang terdiri dari 4.412 anak-anak dan 2.918 perempuan.
Sementara itu, total 26.475 orang mengalami luka-luka akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Masih ada 2.550 orang, termasuk 1.350 anak-anak, yang hilang di Gaza.
Jumlah korban tewas akibat agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina selama sebulan terakhir juga melebihi jumlah korban tewas dalam perang Rusia vs Ukraina yang berlangsung sejak tahun 2022.
(pra)