Jakarta, Pahami.id —
Hamas dituduh Israel membuat kondisi baru yang menunda gencatan senjata atas serangan di Jalur Gaza. Namun Hamas tidak merinci syarat yang diberlakukan Israel.
Sementara Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hal tersebut.
“Pembicaraan gencatan senjata dan pertukaran tahanan berlanjut di Doha di bawah mediasi Qatar dan Mesir dengan cara yang serius… namun pendudukan telah memberlakukan persyaratan baru pada penarikan (militer), gencatan senjata, penahanan dan pemulangan pengungsi, yang telah menunda tercapainya kesepakatan. ,” kata Hamas dalam pernyataannya, seperti diberitakan AFPKamis (26/12).
Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang dimediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) berlangsung di Doha dalam beberapa hari terakhir.
Pembicaraan tersebut menghidupkan kembali harapan akan perjanjian gencatan senjata, namun terbukti sulit dicapai.
Pada Senin (23/12), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada parlemen bahwa hanya ada “sedikit kemajuan” dalam negosiasi dengan Hamas. Kemudian, pada Selasa (24/12), delegasi Israel diduga kembali dari Qatar setelah “negosiasi penting”.
Pekan lalu, Hamas dan dua kelompok militan Palestina lainnya, Jihad Islam dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa perjanjian gencatan senjata lebih ketat dari sebelumnya selama Israel tidak memberlakukan persyaratan baru.
Upaya untuk mencapai gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera berulang kali gagal karena berbagai kendala.
Meskipun banyak perundingan tidak langsung, Israel dan Hamas baru menyetujui gencatan senjata, yang berlangsung selama seminggu, pada akhir tahun 2023.
(tim/tsa)