Jakarta, Pahami.id —
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dengan Hamas di Gaza dikatakan akan tercapai dalam waktu dekat. Hal tersebut diungkapkan Qatar sebagai salah satu negara mediasi perjanjian tersebut.
Menurut laporan media Israel Channel 12, seperti dilansir Times of Israel, rancangan perjanjian tersebut diterima oleh Israel dalam semalam, dan secara umum dapat diterima.
Selain itu, laporan menyebutkan bahwa rancangan gencatan senjata juga telah disetujui oleh para pemimpin kelompok Hamas yang berada di luar negeri. Namun, keputusan akhir akan bergantung pada pemimpin de facto Hamas di Gaza, Muhammad Sinwar.
“Kami memperbarui janji kami kepada orang-orang kami yang tabah dan sabar, dan kepada para tahanan kami di penjara, kami menegaskan bahwa kebebasan mereka sudah dekat,” demikian pernyataan Hamas yang dikutip Times of Israel.
Qatar disebut-sebut telah menekan Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut. Sementara itu, utusan Donald Trump, Steve Witfkoff, juga berbicara secara paralel dengan Israel untuk menyetujui gencatan senjata.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengklaim perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera hampir menjadi kenyataan.
“Perjanjian tersebut… akan membebaskan para sandera, menghentikan pertempuran, memberikan keamanan bagi Israel dan memungkinkan kami meningkatkan secara signifikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang sangat menderita dalam perang yang dimulai oleh Hamas,” kata Biden seperti dikutip Reuters.
Biden juga mengakui akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi terkait perundingan tersebut.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga menyatakan bahwa perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel kini lebih ketat dari sebelumnya.
“Ini sangat dekat, dan kami sangat berharap kami bisa melewati garis finis, akhirnya, setelah sekian lama,” ujarnya seperti dikutip NBC News.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berkata, “Ini adalah kesepakatan yang sedang diupayakan oleh semua pihak.”
Kerangka kerja tersebut mencakup pembebasan tahanan Palestina dan Israel serta peningkatan bantuan kemanusiaan.
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan dibagi menjadi tiga fase.
Pertama, Israel akan membebaskan 50 tahanan Palestina, 30 di antaranya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dan menukarnya dengan tentara wanita Israel. Kesepakatan itu juga akan membebaskan 30 tahanan Palestina dari kategori tertentu termasuk anak di bawah umur, orang sakit dan perempuan dengan imbalan warga sipil yang ditahan di Gaza.
Israel juga akan menarik diri dari Koridor Philadelphia, jalur sempit antara Gaza dan Mesir, pada akhir fase pertama perjanjian tersebut.
Kemudian tahap kedua, yang mengawali hari keenam belas perjanjian, akan membahas perundingan yang berfokus pada pembebasan seluruh warga sipil dan tentara yang ditahan.
Fase ketiga akan membahas pengaturan jangka panjang, termasuk diskusi mengenai pembentukan pemerintahan alternatif di Jalur Gaza dan rencana untuk memulihkan daerah kantong tersebut. Israel juga setuju untuk memulangkan satu juta pengungsi Palestina ke Jalur Gaza utara dengan pemeriksaan keamanan yang akan dilakukan oleh badan-badan internasional.
(DNA/DNA)