
Jakarta, Pahami.id –
Perdana Menteri Libanon Nawaf Salam menyatakan perdamaian jangka panjang dengan Israel berpotensi membuka jalan bagi normalisasi hubungan dan kerja sama ekonomi. Namun, dia menegaskan kedua langkah tersebut masih jauh mengingat ketegangan yang masih terjadi.
“Perundingan ekonomi akan menjadi bagian dari normalisasi, dan normalisasi hanya bisa terjadi setelah perdamaian, tidak mungkin bisa mendahuluinya,” kata Salam menanggapi pernyataan Israel yang berharap dapat membangun hubungan ekonomi dan kerja sama dengan Lebanon.
“Kita masih jauh dari itu,” ujarnya melanjutkan sesi dengan wartawan di kantornya, dikutip Reuters.
Lebanon dan Israel telah berstatus negara musuh selama beberapa dekade. Israel telah melancarkan beberapa serangan ke Lebanon dalam operasi melawan kelompok bersenjata, termasuk pada tahun 2024 setelah hampir setahun serangan bolak-balik dengan kelompok Hizbullah.
Hingga saat ini, Israel masih menduduki beberapa posisi di Lebanon selatan dan melancarkan serangan udara terhadap apa yang disebutnya sebagai upaya Hizbullah untuk memutar ulang dan merencanakan operasi baru.
Salam mengatakan perjanjian gencatan senjata pada November 2024 harus dilaksanakan sepenuhnya sebelum mempertimbangkan langkah lebih lanjut. Menurutnya, Israel harus menarik pasukannya dan menghentikan serangan, sementara Hizbullah harus melucuti senjata sepenuhnya.
Hizbullah menolak menyerahkan seluruh senjatanya, namun Salam menegaskan bahwa kelompok tersebut telah menyetujui perjanjian gencatan senjata yang menegaskan monopoli negara atas kepemilikan senjata.
“Hizbullah harus menjaga komitmennya,” kata Salam.
(sels/sel)
