Jakarta, Pahami.id –
Cina tuduh Perdana Menteri Keir Starmer Membuat “tuduhan tak berdasar” setelah menilai Beijing sebagai ancaman terhadap keamanan nasional bahasa Inggris.
Kedutaan Besar Tiongkok di London mengatakan pihaknya “dengan tegas menolak pernyataan pihak Inggris yang secara samar-samar menuduh Tiongkok mencampuri urusan dalam negerinya”.
“Perkembangan Tiongkok tidak mengancam negara mana pun. Inggris tidak memiliki kualifikasi atau hak untuk memberikan komentar tidak berdasar atau melakukan campur tangan yang tidak semestinya,” kata Kedutaan Besar Tiongkok dalam pernyataannya pada Selasa (2/12).
“(Pernyataan Perdana Menteri Starmer) salah,” tambah pihak kedutaan.
Dalam pidatonya di hadapan pengusaha Inggris di Lady Mayor’s Banquet pada Senin (1/12), PM Starmer mengatakan Tiongkok merupakan ancaman bagi keamanan nasional Inggris.
Starmer bersikeras bahwa Tiongkok “merupakan ancaman nyata terhadap keamanan nasional” dan mengatakan London akan terus menyampaikan keprihatinan hak asasi manusia kepada Beijing.
Meski demikian, Starmer menegaskan Inggris akan terus menjaga hubungan dan memperkuat kerja sama dengan Tiongkok.
Starmer berjanji bahwa kebijakan Inggris terhadap Tiongkok tidak lagi bersifat “hangat dan dingin”. Ia menyebut kegagalan membangun hubungan dengan Tiongkok sebagai “kelalaian terhadap tugas”, dan menyerukan pendekatan yang lebih serius.
“Anda bisa bekerja sama dan berdagang dengan suatu negara sambil tetap melindungi diri Anda sendiri,” kata Starmer AFP.
Starmer mengatakan dia akan terus menjalin hubungan dengan Tiongkok dalam bidang perdagangan, proliferasi nuklir, kecerdasan buatan, perubahan iklim, dan isu-isu lainnya. Namun, ia juga berjanji akan memberikan layanan dan peralatan baru kepada dinas keamanan untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai ancaman dari Beijing.
Sejak Starmer menjabat sebagai PM, Inggris berupaya meningkatkan hubungan bilateral dengan Tiongkok meskipun mengancam pengaruh ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut terhadap negara-negara Barat.
Starmer menjadi Perdana Menteri Inggris pertama yang bertemu dengan Presiden Xi Jinping dalam lebih dari enam tahun pada November 2024, sebuah tanda bahwa hubungan kedua negara membaik.
Meskipun ada upaya pemerintah Inggris untuk memulihkan hubungan dengan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, hubungan antara kedua negara masih tegang karena tuduhan spionase dan perselisihan mengenai masa depan Hong Kong, bekas jajahan Inggris.
November lalu, Badan Intelijen Domestik Inggris memperingatkan bahwa mata-mata Tiongkok yang menyamar sebagai pencari bakat menargetkan anggota parlemen secara online.
Peringatan ini muncul setelah jaksa penuntut Inggris membatalkan kasus politik yang melibatkan dua pria, salah satunya adalah mantan peneliti parlemen. Kedua pria tersebut dituduh menjadi mata-mata untuk Tiongkok, meskipun Beijing membantah semua tuduhan tersebut.
Rencana untuk membangun kompleks kedutaan besar Tiongkok yang baru di London juga menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan dan hak asasi manusia. Pemerintah Inggris dijadwalkan memutuskan izin pembangunan Kedutaan Besar pada 10 Desember.
(RDS/RDS)

