Berita Cahaya Natal Kembali di Betlehem di Tengah Luka Perang Gaza

by
Berita Cahaya Natal Kembali di Betlehem di Tengah Luka Perang Gaza


Jakarta, Pahami.id

Untuk pertama kalinya sejak tahun 2022, pepohonan Natal Raksasa setinggi 20 meter berdiri di tepi Manger Square, kawasan yang dipuja masyarakat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus. Upacara penyalaan lampu digelar pada Sabtu (6/12) malam, saat gencatan senjata yang rapuh di Gaza memasuki bulan kedua.

Ribuan warga Palestina dari Tepi Barat hingga Israel memadati alun-alun, bersorak saat lampu merah dan emas di pohon itu menyala sebelum jam 8 pagi. waktu setempat.

“Kami datang untuk merayakan, menonton, dan menikmati. Dalam beberapa tahun terakhir kami tidak mendapat kesempatan,” kata Randa Bsoul, warga Palestina berusia 67 tahun dari Haifa.


Sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023, kota ini sudah merasakan dampaknya meski jaraknya sekitar 60 kilometer dari Gaza.

Serangan Israel telah menghancurkan Gaza, dengan laporan bahwa jumlah korban tewas melebihi 70.000 pada bulan lalu. Dampaknya meluas hingga ke Tepi Barat yang banyak warganya berkeluarga di Gaza. Pariwisata, yang merupakan urat nadi perekonomian Bethlehem, juga mengalami penurunan yang signifikan.

“Dua tahun terakhir ini sungguh seperti neraka,” kata seorang pemilik toko suvenir di Bethlehem yang menolak disebutkan namanya karena takut akan penindasan dari otoritas Israel, mengutip Cna.

Dia menggambarkan situasi ekonomi semakin memburuk, diperburuk dengan pembatasan pergerakan orang di Tepi Barat.

Dalam dua tahun terakhir, Israel telah meningkatkan pos pemeriksaan militer dan menutup akses ke beberapa komunitas Palestina dengan gerbang dan blokade jalan. Puluhan ribu warga juga terpaksa mengungsi akibat operasi militer Israel di beberapa kota di Tepi Barat sejak awal tahun ini.

Meskipun Israel dan Hamas telah menyetujui gencatan senjata sebagai bagian dari rencana AS, kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran. Israel juga terus melakukan serangan udara dengan dalih menanggapi ancaman dan menghancurkan infrastruktur militan.

Betlehem menawarkan harapan

Wali Kota Betlehem Maher Canawati menegaskan, kegembiraan Natal tahun ini tidak lepas dari penderitaan di Gaza.

“Ketika Betlehem menyalakan pohon Natalnya, rasa sakit yang dialami saudara-saudara kami di Gaza masih membekas di hati kami,” katanya.
“Luka Gaza adalah luka kita. Lampu Natal tidak ada artinya jika tidak menyentuh hati orang-orang tertindas di seluruh Palestina.”

Di tengah suasana kesedihan dan ketidakpastian, banyak warga Betlehem yang berharap Natal dan Tahun Baru membawa kedamaian. Diana Babush, seorang warga setempat berusia 50-an, mengatakan mereka menunggu bantuan.

“Kami mencari harapan,” katanya. “Kami berharap mulai sekarang, perdamaian akan datang. Kami ingin hidup damai dan sejahtera.”

Sebagai tanda penghormatan atas masa-masa sulit, tidak akan ada kembang api di festival tahun ini, sebuah penyimpangan dari tradisi sebelum perang Gaza.

“Ini menakutkan, karena tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, tapi kami masih berharap,” kata BSoul dari Haifa.

Meski masa depan masih dipenuhi ketidakpastian, namun terangnya pohon Natal di Betlehem setidaknya memberikan sedikit pencerahan di tengah kegelapan konflik yang masih menghantui Palestina.

(sels/sel)