Berita Beredar Surat soal Gus Yahya Bukan Lagi Ketum PBNU

by
Berita Beredar Surat soal Gus Yahya Bukan Lagi Ketum PBNU


Jakarta, Pahami.id

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Nyonya) mengeluarkan surat edaran yang memuat pernyataan bahwa Yahya Cholil Staqu Atau Gus Yahya tak lagi berstatus Ketua Umum. Surat edaran terbaru ini ditandatangani secara elektronik oleh Wakil Presiden Aam Afifuddin Muhajir dan Sekretaris Ahmad Tajul Mafakhir.

Surat edaran tersebut merupakan tindak lanjut Rapat Harian Suriah PBNU, 20 November di Jakarta, yang meminta Gus Yahya mundur dari jabatan Ketua Umum dalam waktu tiga hari setelah menerima hasil Rapat Harian Suriah. Jika dalam waktu tiga hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan menolak Yahya Cholil Staqu.

Surat edaran terbaru mengenai status jabatan Gus Yahya di PBNU keluar tiga hari setelah batas waktu. Dalam poin pertama surat edaran tersebut disebutkan Wakil Presiden Aam Afifuddin Muhajir diberikan langsung Syuriyah PBNU setiap hari kepada Gus Yahya.


Afifuddin menyerahkan dokumen tersebut kepada Gus Yahya pada 21 November di Kamar 209 Hotel Mercure Ancol. Namun Gus Yahya disebut sudah menyerahkan risalah rapat tersebut kepada KH. Afifuddin.

Kemudian pada poin kedua disebutkan Gus Yahya pada 23 November telah membacakan hasil berita acara PBNU Suriah.

“Hal ini berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada angka 2 di atas, Kh. Yahya Cholil Staqu tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU pada tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 Wit,” bunyi angka 3 surat edaran tersebut.

Kedepannya disebutkan Yahya Cholil Staqu tidak lagi mempunyai wewenang dan hak untuk menggunakan atribut, fasilitas dan/atau hal-hal yang melekat pada jabatan Ketua Umum PBNU.

Kemudian Gus Yahya juga tidak mempunyai kewenangan dan hak untuk bertindak atas nama Persatuan Nahdlatul Ulama pada 26 November pukul 00.45 Wib.

Poin selanjutnya memerintahkan pengurus mengadakan rapat paripurna untuk menindaklanjuti suksesi kepengurusan PBNU.

Kemudian pada bagian penutup disebutkan bahwa selama jabatan Ketua Umum PBNU masih lowong, maka kepemimpinan PBNU sepenuhnya berada di tangan Rais Aam selaku Pemimpin Tertinggi Nahdlatul Ulama.

Apabila Kh Yahya Cholil Staqu berkeberatan terhadap keputusan tersebut, maka ia dapat menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan kepada Majelis Tahkim Nahdlatul Ulama sesuai mekanisme yang diatur dalam Peraturan Persatuan Nahdlatul Ulama Nomor 14 Tahun 2025 tentang penyelesaian perselisihan internal Nahdlatul Ulama.

Ahmad Tajul Mafakhir membenarkan surat edaran tersebut. Benar surat itu dari Syuriyah Pbnu, kata Ahmad Tajul Cnnindonesia.com.

“Saya sebagai pimpinan PBNU menandatangani surat edaran bersama Wakil Ketua Aam, Kh Afifuddin Muhajir tentang apa yang tertulis di surat itu, bukan surat pemberhentian, ya bentuknya berbeda,” imbuhnya.

Ia mengatakan, surat edaran tersebut merupakan tindak lanjut dari notulensi pertemuan harian Suriah.

“Risalah tersebut menguatkan keputusan pengurus tertinggi di PBNU, Syuriyah, yang memberikan waktu kepada Gus Yahya untuk mengundurkan diri atau ditolak setelah 3×24 jam sejak berita acara diterima,” ujarnya.

Ahmad Tajul menyatakan, ketika batas waktu permintaan penarikan sudah terlewati, maka opsi kedua yang berlaku berikutnya.

Opsi kedua berbunyi: Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan menolak KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

“Untuk itulah surat edaran ini dibuat,” kata Ahmad Tajul. “Belum ada surat resmi lain mengenai pemberhentian tersebut sebelum rapat paripurna,” ujarnya.

Belum ada keterangan dari Gus Yahya terkait surat edaran tersebut. Pahami.id Masih berusaha menghubungi Gus Yahya untuk memastikan surat edaran tersebut.

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Savic Ali mengatakan iklan/seni rupa PBNU tidak boleh membakar Ketua Umum PBNU. Menurut dia, satu-satunya yang bisa menolak Ketum PBNU adalah Kongres.

“Sepanjang iklan/gambar yang saya baca, Syuria tidak bisa melepas Ketua Umum Tanfidziyah.

Ia menyayangkan sikap Rais Aam yang ngotot menembak Gus Yahya karena selama ini belum ada forum yang memberi kesempatan Gus Yahya menjawab apa yang dinilainya bermasalah.

“Ada beberapa pengurus yang mengetahui permasalahan tersebut dan siap dipanggil untuk memberikan penjelasan namun tidak dipanggil,” ujarnya.

(frd/wis)