Berita Beda dengan Prancis-Spanyol, Jerman Kekeh Pasok Senjata Buat Israel

by


Jakarta, Pahami.id

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan negaranya akan terus membantu Israel “pertahanan diri” dengan menyediakan senjata.

Namun bagi saya, jelas mendukung Israel berarti kita terus memastikan kemampuan pertahanan Israel tetap tinggi, misalnya dengan memasok logistik dan senjata militer, kata Scholz di luar KTT Uni Eropa, Kamis (17/10). ).


Meski begitu, Scholz menegaskan bahwa Israel harus mematuhi hukum internasional.

Dikutip ReutersIa juga menekankan solusi dua negara sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina secara damai.

Solusi dua negara merupakan solusi konflik Israel-Palestina yang sudah lama diharapkan oleh masyarakat internasional.

Solusi dua negara yang tertuang dalam resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memuat rencana dimana Israel dan Palestina berdiri sebagai dua negara berdaulat yang hidup berdampingan.

Sikap Jerman ini kontras dengan dua negara Eropa lainnya yang mulai menarik dukungannya terhadap Israel.

Spanyol telah menghentikan penjualan senjata ke Israel sejak Oktober 2023 di tengah agresi brutal negara Zionis tersebut terhadap Jalur Gaza Palestina dan Lebanon baru-baru ini.

Pekan lalu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez bahkan mendesak komunitas internasional, terutama sekutu Madrid di Barat, untuk melakukan hal yang sama.

Seperti halnya Spanyol, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga pernah menyatakan negaranya akan menghentikan penjualan senjata ke Israel akibat agresi yang semakin brutal terhadap Palestina.

Macron bahkan mengecam keras Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas tindakan tegas Tel Aviv belakangan ini dengan terus memperluas serangannya ke Jalur Gaza dan Lebanon, termasuk markas besar pasukan penjaga perdamaian PBB UNIFIL.

Macron mengatakan Netanyahu tidak boleh melupakan tanah tersebut, karena negaranya ada karena keputusan PBB.

“Tuan Netanyahu tidak boleh lupa bahwa negaranya didirikan berdasarkan keputusan PBB,” kata seorang sumber AFP yang menggemakan pernyataan Macron dalam pertemuan tertutup dengan kabinet di Istana Elysee.

Macron mengacu pada resolusi yang disahkan Majelis Umum PBB pada November 1947 tentang pembagian Palestina menjadi negara Yahudi dan negara Arab.

(rds)