Berita Anak Korban Ledakan Amunisi Garut: Bapak Saya Bukan Pemulung

by


Bandung, Pahami.id

Keluarga para korban ledakan amunisi tidak pantas untuk digunakan di Garut menyangkal klaim Ditemukan yang mengatakan publik berada di ledakan karena mereka menghancurkan residu peluru.

Disebutkan dari salah satu video akun gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, keluarga korban mengatakan korban tidak menghancurkannya, tetapi bekerja dengan TNI.

“Secara kebetulan saudara perempuan saya dan saya (angka kematian) bekerja di sana untuk bekerja.


Endang memberi tahu Dedi, dia dan adik perempuannya bekerja sebagai buruh untuk membuka peluru. Dia telah berada di pekerjaan ini selama 10 tahun.

“Apa yang kamu lakukan,” tanya Dedi.

“Membuka peluru yang ketakutan, saya memiliki lebih dari 10 tahun, gaji saya adalah Rp150 ribu sehari setiap hari. Tugas, secara kebetulan, buka peluru.

Endang mengatakan pada saat kejadian dia berada di tempat kejadian. Pada saat itu dia akan melakukan penghancuran detonator.

“Ketika dilihat dari fisik, tidak mungkin untuk meledak. Detonator. Sebenarnya itu tidak didedikasikan, ia ingin direndam dengan air laut sehingga air laut dilanda besi, besi, Merasa Saya, “katanya.

Namun, Endang memiliki informasi jika merendam kali ini, tidak hanya menggunakan air laut. Tetapi perendaman juga dilakukan dengan menggunakan pupuk.

“Ingin rendam, di mana itu telah direndam, Anda tidak tahu bagaimana menggunakan pupuk,” katanya.

Sementara itu, salah satu korban juga bertemu Dedi Mulyadi. Dia juga menyatakan keberatan atas tuduhan ayahnya yang terbunuh dalam insiden itu, dikatakan sebagai bahan pokok.

“Saya meminta pertanggungjawaban karena ayah saya tidak perlu dipikirkan. Ayah saya bukan makanan pokok, ayah saya bekerja. Ayah saya bekerja dengan tentara, saya tahu dari waktu saya di sekolah,” katanya.

“Sudah lama, sudah ada di mana -mana, sudah lama, Makassar, ke Bali. Dia bilang ayahku pergi ke sana (kejahatan), bertarung.

Dedi juga ditekankan kepada orang -orang dalam wawancara, jika kejadian ledakan peluru tidak dimungkinkan, itu tidak menghancurkan, tetapi berhasil.

“Jadi ini berhasil dalam kategori kecelakaan kerja,” katanya, setuju oleh penduduk.

Sebelumnya, kepala Kristomei Siantiuri mengungkapkan bahwa publik adalah korban ledakan kedaluwarsa di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kristomei mengatakan 9 warga sipil dari 13 korban tewas. Lokasi insiden itu milik Pusat Konservasi Sumber Daya Alam Garut Regency (BKSDA) yang dikatakan sebagai tempat umum bagi TNI untuk menghancurkan peluru.

“Informasi yang kami dapatkan, kebiasaannya, adalah bahwa setelah ledakan pendekatan masyarakat,” kata Kristomei dalam sebuah wawancara dengan CNN TV, Senin (12/5).

“Mengapa mereka mendekat? Untuk mengambil buang -buang logam, tembaga, besi dari amunissure yang telah diledakkan lebih awal, karena memiliki nilai penjualan,” katanya.

(CSR/ISN)