Berita 7,2 Persen dari 6.433 Anak di Sulbar Alami Risiko Hipertensi

by
Berita 7,2 Persen dari 6.433 Anak di Sulbar Alami Risiko Hipertensi


Makassar, Pahami.id

Sebanyak 7,2 persen anak usia di bawah 18 tahun di Sulawesi Barat (Sulawesi Barat) pengalaman risiko hipertensi Berdasarkan hasil analisis Dinas Kesehatan Sulawesi Barat.

Demikian hasil analisis Dinas Kesehatan Sulbar terhadap 6.433 anak yang diperiksa.

Dinkes Sulawesi Barat juga menemukan 4,9 persen berada pada kategori pra hipertensi, dan 2,3 persen sudah terdiagnosis hipertensi.


Meski mayoritas anak-anak (92,8 persen) masih memiliki tekanan darah normal, temuan ini menjadi sinyal penting bahwa gangguan tekanan darah kini juga mengancam kaum muda.

“Data ini menunjukkan bahwa gaya hidup anak-anak kita perlu mendapat perhatian serius. Pola makan tinggi garam, rendah buah dan sayur, serta kurang aktivitas fisik menjadi penyebab utamanya,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Daerah Sulawesi Barat, dr Nursyamsi Rahim dalam siaran persnya, Kamis (23/10).

Hasil ini, kata Kepala Dinas Kesehatan Sulbar, menunjukkan hipertensi atau darah tinggi bukan lagi penyakit orang dewasa.

Hasil analisis menunjukkan beberapa faktor risiko gaya hidup dominan, antara lain 69,1 persen anak yang kurang mengonsumsi buah dan sayur, 21,5 persen yang kurang aktivitas fisik, dan 6,8 persen yang mengonsumsi garam berlebihan.

“Kita harus mulai melakukan intervensi sejak dini agar generasi kita menjadi lebih sehat dan produktif,” ujarnya.

Dinas Kesehatan Daerah Sulawesi Barat melalui Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah terus mengintegrasikan pemeriksaan tekanan darah anak sebagai upaya deteksi dini penyakit tidak menular (PTM).

“Langkah ini memungkinkan penanganan anak berisiko menjadi lebih cepat dan efektif,” kata Nursyamsi.

Sebagai tindak lanjutnya, Dinas Kesehatan Sulawesi Barat merekomendasikan tiga strategi utama, yaitu kampanye gizi seimbang dan peningkatan konsumsi buah dan sayur pada anak dan keluarga.

Kemudian edukasi untuk mengurangi garam berlebihan pada makanan yang digunakan di rumah dan di kantin sekolah serta menggalakkan aktivitas fisik dan olah raga di sekolah dan masyarakat, untuk menekan gaya hidup pasif yang kini sedang meningkat.

“Melalui pendidikan dan kolaborasi lintas sektor, kami ingin memastikan anak-anak Sulbar terbiasa hidup sehat sejak dini,” ujarnya.

(miR/anak)