Berita 40 Ribu WN China Terlibat Sindikat Penipuan Online Diciduk di Myanmar

by


Jakarta, Pahami.id

Lebih dari 40 ribu orang Cina dicurigai terlibat dalam sindikat penipuan online, ditangkap di negara bagian Shan utara Myanmar.

Penangkapan puluhan ribu warga negara Tiongkok ini dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan sejak awal September hingga pertengahan Desember.

Pemerintah Myanmar mengatakan hampir 12.050 warga negara Tiongkok yang terkait dengan sindikat penipuan online di provinsi tersebut ditangkap dan dideportasi dari tanggal 31 Oktober hingga 15 Desember.


Dilaporkan Radio Gratis Asiasebagian besar warga negara Tiongkok yang dideportasi beroperasi di wilayah Kokang, di mana sebagian besar etnis Tionghoa dikatakan mendukung oposisi terhadap junta Myanmar.

Selain di Negara Bagian Shan, penangkapan terhadap warga negara Tiongkok yang terlibat kegiatan kriminal juga dilakukan di wilayah yang dikuasai oleh United Wa State Army atau USWA.

Tentara USWA menangkap lebih dari 1.000 warga negara Tiongkok yang terlibat dalam sindikat tersebut pada tanggal 6-7 September, dan mengirim mereka kembali melintasi perbatasan ke polisi Tiongkok.

Kementerian Keamanan Publik Tiongkok pada 21 November juga mengumumkan penangkapan lebih dari 31 ribu warga negara Tiongkok yang terkait dengan sindikat penipuan online di Myanmar utara. Mereka yang ditangkap termasuk para pemimpin sindikat, perekrut dan lebih dari 1.500 pengungsi.

Secara total, angka tersebut mencakup lebih dari 40.000 warga negara Tiongkok yang ditangkap dan dideportasi sehubungan dengan sindikat penipuan online dari awal September hingga pertengahan Desember.

Keterlibatan Otoritas Lokal

Pengamat politik di perbatasan Tiongkok-Myanmar, Than Soe Naing, meyakini puluhan ribu warga Tiongkok bisa melakukan kejahatan curang di Myanmar karena keterlibatan otoritas setempat.

“Sangat jelas terlihat bahwa pemerintah daerah egois di berbagai tingkatan junta yang terlibat dalam bisnis ini. Itu sebabnya [sindikat penipuan online] telah berkembang pesat dan tidak terkendali,” kata Than RFA.

Pengamat politik dan mantan perwira militer Aung Myo mengatakan pejabat Burma [Myanmar] di daerah perbatasan memilih untuk tidak mengambil tindakan terhadap kejahatan ini.

Hal ini terutama terkait dengan kondisi sosial ekonomi negara-negara tersebut. Oleh karena itu, pemerintah tidak akan menghilangkannya. Wajar jika bisnis seperti ini tumbuh dan hanya akan berkurang jika pemerintah menghancurkannya, kata Aung Myo.

Sementara itu, pengamat politik yang berbasis di Tiongkok, Hla Kyaw Zaw menilai kedua negara bertanggung jawab karena membiarkan warga Tiongkok masuk ke Myanmar secara ilegal dan dengan cepat membentuk sindikat penipuan online.

“Kemungkinan besar China dan kebijakannya tidak bisa mengontrol perbatasan dengan baik. Ada penyeberangan ilegal di beberapa titik. Sementara di Myanmar tidak ada supremasi hukum,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi bersikeras bahwa dia akan bekerja sama untuk menindak penipuan online, menyusul ketidakstabilan politik Myanmar yang mempengaruhi wilayah-wilayah di perbatasannya.

Meskipun penangkapan sindikat penipuan online sedang berlangsung di Shan utara, penduduk setempat mengatakan operasi sindikat tersebut masih semakin tidak terkendali.

Hal ini terjadi di kota Shwe Kokko di negara bagian Kayin di tenggara Myanmar, dan di negara bagian Tachileik Shan, di perbatasan Thailand-Myanmar.

(dna/bac)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);