Indonesia. Bersama, Jakarta – Pakar kesehatan global dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman, mencatat penemuan kasus baru tersebut gagal ginjal akut bukti deteksi dini kelemahan kesehatan. Menurutnya, deteksi yang buruk berpotensi memicu penemuan kasus baru lain yang serupa atau berbeda bentuk menurut logika ilmiah. Terutama kasus gagal ginjal akut yang berkaitan dengan obat-obatan yang beredar bebas di masyarakat.
“Ini adalah alasan klasik yang tidak pernah diperbaiki. Artinya tidak ada komitmen yang kuat untuk memperbaiki aturan. Tidak seperti semangat merevisi atau membuat aturan baru di sektor lain,” kata Dicky.
Dengan deteksi yang buruk, tidak setiap kasus dapat dipantau dengan baik. Hal ini dinilainya sangat berbahaya karena sebuah kasus yang ditemukan dapat menggambarkan bagaimana sebenarnya fenomena gunung es di masyarakat.
Perbaiki aturan
Dicky menilai sistem deteksi semua penyakit di Indonesia tidak banyak berubah sejak 20-30 tahun terakhir. Dalam rangka memastikan semua obat dan makanan aman dan berkualitas, Indonesia masih lemah, bahkan dalam skala ASEAN. Seharusnya, penemuan kasus lain gagal ginjal Penyakit akut pada anak dijadikan pelajaran berharga sekaligus momen untuk memperbaiki regulasi kesehatan yang masih lemah. Hal ini sangat penting dilakukan sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap kualitas kesehatan masyarakat.
“Pendekatan kita harus berbasis sains, bukan ekonomi politik karena itu masalah besar. Kalau tidak, ini tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa menimbulkan masalah baru,” ujarnya.
Menurutnya, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan fokus penanganan wabah atau kasus penyakit tidak biasa yang harus selalu diselesaikan secara ilmiah. Karena itu, dia meminta pemerintah mencari jalan dengan bekerja sama pemangku kepentingan untuk memperkuat deteksi dini dan mengidentifikasi masalah secara lebih detail dengan mengecualikan masalah politik atau ekonomi terlebih dahulu.
Ia pun menyarankan agar pemerintah segera menetapkan status gagal ginjal akut sebagai Acara luar biasa (KLB) dengan tujuan agar seluruh pengaturan, pengendalian dan perpindahan dari pusat ke daerah dapat dilaksanakan secara serentak dan merata.
Baca juga: Tak ketinggalan, hal inilah yang perlu diperhatikan untuk transplantasi ginjal