Berita Walhi Bantah Cuaca Ekstrem Dalang Banjir Sumut: Kerusakan Hutan

by
Berita Walhi Bantah Cuaca Ekstrem Dalang Banjir Sumut: Kerusakan Hutan


Jakarta, Pahami.id

Forum Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Tarif Sumut Banjir bandang Yang melanda beberapa daerah akhir-akhir ini bukan semata-mata akibat cuaca ekstrem.

Direktur Eksekutif Walhi Sumut Rianda Purba mengatakan, banjir juga disebabkan oleh kerusakan hutan yang luas dan konversi lahan.

Berdasarkan catatan Walhi, dalam 10 tahun terakhir, 2 ribu hektare hutan di Sumut mengalami kerusakan.


“Rusaknya hutan di sana memang disebabkan ya, dipicu ya oleh beberapa perusahaan, jadi kita bantah pernyataan Gubernur Sumut bahwa banjir itu disebabkan oleh cuaca ekstrim, tapi pemicu utamanya bukan cuaca ekstrim, pemicu utamanya adalah rusaknya hutan dan alih fungsi lahan dari hutan,

Dia mengatakan, keputusan pemerintah pada tahun 2014 yang mengubah status kawasan hutan membuka pintu bagi perusahaan untuk masuk dan merusak ekosistem di Bukit Batang Toru.

“Khusus kawasan ekosistem Batang Toru atau Harangan Tapanuli diubah secara sewenang-wenang dari hutan, status hukumnya dari non hutan, menjadi APL.

Dalam kesempatan itu, Rianda juga mengatakan Walhi mendapat laporan mengenai situasi di Desa Kwala Serapuh, Kabupaten Langkat, yang menurutnya tidak mendapat bantuan.

Menurut dia, pemerintah belum mencatat korban banjir di wilayah tersebut.

“Mereka sudah 5 hari tanpa pasokan makanan di Langkat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut sebelumnya mencatat jumlah korban jiwa akibat banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa wilayah di wilayah tersebut semakin meningkat karena operasi pencarian dan penyelamatan masih dilakukan secara intensif.

“Jumlah warga terdampak kini mencapai 360.216 kepala keluarga atau 1.358.348 jiwa. Dari jumlah tersebut, 226 orang ditemukan meninggal dunia dan 188 orang masih hilang,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat, Peralatan dan Logistik BPBD Sumut, Sri Wahyuni ​​Pancasilati.

Selain korban jiwa, 603 orang mengalami luka-luka. Gelombang pengungsian juga terus meningkat karena risiko yang tetap tinggi di beberapa lokasi.

(Fra/yoa/fra)