Berita Trump Jadi yang Terburuk bagi Palestina

by


Jakarta, Pahami.id

Penghuni Palestina juga mengomentari pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 dan calon presiden.

Sejauh ini, mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat diprediksi kuat akan bersaing memperebutkan kursi Gedung Putih pada 5 November mendatang.


Bagi masyarakat Palestina, dua pemilu presiden AS tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan mereka, termasuk menghentikan invasi brutal Israel ke Jalur Gaza yang telah berlangsung hampir 10 bulan dan menewaskan lebih dari 39 ribu orang.

Namun, sebagian warga Gaza berpendapat bahwa Trump akan menjadi mimpi buruk terburuk bagi penderitaan rakyat Palestina jika ia memenangkan pemilihan presiden AS.

“Trump akan menjadi yang terburuk,” kata warga Asmaa Nimilaat seperti dikutip Al Jazeera.

Ia kemudian berkata, “Tetapi, calon presiden mana pun tidak akan mendukung Palestina.”

Warga Gaza lainnya, Nabeel, mengatakan warga Palestina hanya ingin presiden AS berikutnya berbicara tentang keamanan, kebebasan, dan penyembuhan. Tidak fokus mendukung pertahanan diri Israel.

“Sejujurnya, Palestina tidak peduli siapa presiden AS berikutnya. Mereka hanya ingin siapa pun menghentikan genosida,” kata Nabeel.

Salah Abu Maghseeb, yang menjual minuman di pintu masuk Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah, mengatakan AS akan selalu mendukung Israel, terlepas dari siapa yang berkuasa.

Perang di Gaza, lanjutnya, akan berakhir sejak lama jika AS berhenti mendukung mereka.

“Dengan dukungan Amerika, Israel adalah pembunuh Arab yang paling kuat,” kata Abu Maghseeb.

Pada pemerintahan Joe Biden, AS tampil menunjukkan dukungan terhadap Israel selama invasi militer Zionis ke Gaza.

AS bahkan mengeluarkan undang-undang yang menggelontorkan bantuan miliaran dolar kepada Israel.

Banyak warga Palestina yang marah atas peran AS terhadap Israel dan kemudian terlibat dalam agresi di Gaza.

Pengamat ilmu politik dari Universitas Nasional An Najah di Tepi Barat, Raed Debiy mengatakan, sejak serangan mendadak Hamas pada Oktober lalu, AS memperlakukan Israel seperti negara ke-51.

“Biden membawa mekanisme Amerika untuk melindungi pendudukan Israel dan menggunakan hak veto Amerika [di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa] untuk melindungi kebijakan genosida Israel,” kata Debiy.

Invasi Israel ke Gaza telah menyebabkan lebih dari 39.000 warga Palestina tewas, ratusan ribu rumah hancur dan puluhan rumah sakit lumpuh.

(isa/rds)