Perpustakaan Jakarta Dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di daerah Ismail Marzuki (Tim), Cikini, Jakarta Tengah, tampaknya penuh sesak dengan orang -orang pada hari Rabu (5/14), meskipun 19,00 WIB.
Efek menghantui perpustakaan dengan suasana yang tenang dan pengunjung yang kaku, tidak terlihat saat Cnnindonesia.com Kunjungi tempat itu.
Pengunjung datang dari banyak lingkaran, dari siswa, pekerja mandiri, hingga orang tua dengan anak -anak mereka. Mereka sibuk dengan bisnis mereka yang tidak hanya membaca buku. Beberapa serius melihat laptop, membaca buku, atau hanya bersantai di sudut ruang perpustakaan yang nyaman.
Farah (21), seorang siswa yang datang dengan beberapa temannya setelah kelas malam, mengklaim telah datang ke sana untuk melakukan tugas. Namun, ia terkejut bahwa kegiatan di perpustakaan sekarang adalah salah satu tim paling besar.
Dia mengakui bahwa dia baru saja datang ke Perpustakaan Jakarta awal tahun ini. Biasanya, dia datang pada siang hari di akhir pekan untuk melakukan tugas. Tapi malam itu adalah pertama kalinya ketika langit gelap.
“Ini adalah kebetulan dari kampus dengan teman -teman yang menginginkan chromkom (kerja kelompok) di sini. Ya, ternyata sama seperti publik, keduanya sama ramai seperti siang hari,” katanya ketika berbicara dengan Cnnindonesia.com Malam itu.
Bagi Farah, perpustakaan tidak lagi identik dengan buku.
“Di masa lalu, saya pikir orang pergi ke perpustakaan [perpustakaan] Hanya untuk membaca atau meminjam buku. Sekarang seperti keserbagunaan, beberapa orang membawa laptop, mengerjakan proyek, membaca buku, banyak, “katanya.
Perpustakaan dalam tim menjadi salah satu ruang baca di bawah naungan pemerintah daerah DKI Jakarta yang dibuka hingga malam hari. Perluasan jam operasi sampai malam itu adalah kebijakan baru di bawah Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.
“Ini adalah bagian dari menyediakan pendidikan serta peluang bagi anak -anak yang perlu berada di perpustakaan. Itulah yang kami katakan,” kata Pramono kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta, Jumat (2/5).
Keputusan untuk membuka perpustakaan sampai malam itu disambut oleh publik, terutama dari siswa dan pekerja yang telah dibatasi oleh waktu atau membutuhkan tempat untuk bekerja.
“Saya pikir itu bagus. Banyak orang seperti saya mungkin tidak bisa datang karena kelas. Jadi malam itu adalah satu -satunya waktu untuk pergi ke perpustakaan [perpustakaan]”Kata Farah.
Ternyata pembukaan perpustakaan tidak hanya digunakan oleh mereka yang mencari literasi atau tugas sekolah atau perguruan tinggi. Juga terlihat bahwa ada beberapa pekerja independen yang memilih untuk bekerja di perpustakaan malam itu.
Warga aktif di meja membaca Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Cikini, Jakarta Tengah, Rabu (5/14) malam. (Pahami.id/ Kayla Nathaniel |
Perlahan fungsi perpustakaan sekarang telah bergeser. Tempat -tempat yang telah dianggap kaku, tidak ramah, dengan pustakawan berlabel ‘tidak ramah’ sekarang berubah menjadi ruang sosial dan produktif bagi masyarakat dengan suasana yang tenang untuk dibaca.
Joseph (25), seorang pekerja independen yang mengaku bekerja dari perpustakaan.
“Saya adalah sistem kerja WFA (Bekerja dari mana saja), jadi jika Anda terlambat di rumah di sini. Sekarang di sini juga lebih fleksibel, bukan untuk membaca buku. Banyak yang juga menggantung atau bekerja, “kata Joseph.
Dia menambahkan bahwa suasana perpustakaan lebih mendukung produktivitas.
“Jika tidak terpesona di malam hari, dingin, dan tidak panas. Maka orang yang datang ke sini seperti Memahami Hal yang sama perlu tenang. Jadi itu lebih santai, “katanya.
Meskipun ia mengakui bahwa ia jarang membaca buku-buku fisik di perpustakaan, Joseph mengaku sangat membantu oleh fasilitas seperti Wi-Fi gratis, pencahayaan yang cukup, dan meja kerja yang nyaman.
“Menurut pendapat saya, satu langkah di depan, membantu banyak orang yang membutuhkan tempat yang gratis, nyaman, dan bersih untuk bekerja, terutama bagi mereka yang tidak memiliki jam kerja untuk menginap sampai malam, itu akan menguntungkan banyak orang,” katanya.
Saat mempelajari Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin di tim pada hari Jumat (9/5) sore ini, Pramono berkata, “Saya berdiskusi dan dialog dengan beberapa pengunjung yang rata -rata memberikan perpustakaan membuka hingga 22:00 di malam hari.
Disebutkan dari page.go.id, selama periode percobaan untuk perpanjangan jam operasi menjadi 22,00 WIB, jumlah pengunjung meningkat menjadi 53 persen.
“Ini adalah jumlah yang sangat besar, sejauh ini, untuk mencapai 3.000 pengunjung sehari sangat sulit, tetapi sekarang, selama akhir pekan dengan perpanjangan operasi ini, jumlah pengunjung dapat mencapai 3.200 atau bahkan 3.600,” kata Pramono pada saat itu.
Kebijakan canggih jam operasi mulai berlaku pada 7 Mei 2025 di beberapa perpustakaan umum di lima bidang administrasi Jakarta DKI.
Baca halaman berikutnya …