Berita Siapa Yahudi Sephardic Israel yang Daftar Kewarganegaraan Portugal?

by
Berita Siapa Yahudi Sephardic Israel yang Daftar Kewarganegaraan Portugal?


Jakarta, Pahami.id

Sejak Jumat (28/11) ribuan warga Israel Yahudi Sephardic mengajukan permohonan ke Kedutaan Besar Portugis di Ramat Hasharon untuk mendapatkan kewarganegaraan Portugis.

Mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk memperbarui paspornya. Belokan juga tertahan dari pintu masuk kompleks hingga area parkir bawah tanah yang dipetik zaman Israel.


Kedutaan Besar Portugis di Israel bulan lalu mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan acara khusus “The Past Is Back” untuk mengurangi sistem pendaftaran online yang sudah melebihi kapasitas.

Program ini merupakan bagian dari implementasi “Law of Return” pada tahun 2015. Peraturan ini memperbolehkan orang Yahudi keturunan Portugis yang terkena dampak tragedi Inkuisisi pada abad ke-16, untuk mendapatkan paspor dari negara tersebut.

Secara khusus, orang Yahudi keturunan Portugis disebut Yahudi Sephardic. Israel menerapkan kewarganegaraan ganda pada warganya.

Permintaan tinggi pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Israel sibuk mencari paspor kedua setelah paspor Israel.

Apa itu Yahudi Sephardic?

Situs Myjewishlearning menuliskan sejarah mencatat populasi Yahudi dalam jumlah besar di Spanyol dan Portugal pada awal Masehi. Namun kekhasan budaya mereka digambarkan dalam tulisan-tulisan Romawi sebagai pengaruh yang “merusak”.

Belakangan, dengan masuknya agama Kristen, otoritas hukum Yahudi mulai khawatir tentang asimilasi dan pemeliharaan identitas Yahudi.

Mereka menggunakan Ladino, bahasa Yahudi-Spanyol, untuk menyatukan orang-orang Yahudi di semenanjung itu dalam kehidupan sehari-hari, ritual, dan nyanyian.

Ladino, campuran bahasa Spanyol abad pertengahan dengan kata pinjaman penting dari bahasa Ibrani, Arab, dan Portugis, memiliki dialek formal dan sastra, serta berbagai dialek lisan yang berkembang selama imigrasi Yahudi Sephardi ke wilayah baru.

Zaman Keemasan Sephardic berakhir ketika Raja Ferdinand dan Ratu Isabela dari Spanyol pada tahun 1492 mulai menindak kaum Sephardic.

Mereka diusir dan peraturan Inkuisisi diterapkan. Inkuisisi Spanyol (1478-1834) adalah lembaga peradilan yang didirikan untuk memerangi “sesat” Yahudi dan Muslim di Spanyol.

Dalam praktiknya, Inkuisisi Spanyol bertujuan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di monarki Spanyol yang baru bersatu, namun tujuan ini dicapai melalui metode yang sangat brutal, menurut Inggris.

Untuk bertahan hidup, banyak orang Yahudi Spanyol kemudian pindah ke Belanda, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Ada pula yang pindah ke Belanda bahkan kemudian datang ke Indonesia (saat masih berupa beberapa kerajaan Indonesia) melalui Perusahaan Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) sebagai pegawai, saudagar, dan tentara.

Padahal, salah satu investor dan pemegang saham terbesar VOC adalah Isaac Le Maire, seorang Yahudi asal Wallonia (sekarang Belgia).

Ia harus mengungsi ke Belanda setelah Antwerpen jatuh ke tangan Spanyol. Setelah diusir dari VOC, Le Maire mendirikan Australia Compagnie dan mendukung penemuan Cape Horn.

(IMF/BAC)