Berita Siapa Presiden Tajikistan Emomali Rahmon yang Dinilai Anti-Islam?

by

Jakarta, Pahami.id

Tajikistan dan presiden, Emomali Rahmanmenjadi sorotan setelah kembali menerapkan aturan anti-Islam dengan menyetujui pelarangan hijab pada pekan lalu.

Padahal, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, 96 persen penduduk Tajikistan beragama Islam. Larangan hijab rupanya merupakan kebijakan anti-Islam terbaru yang diterapkan Tajikistan.


Beberapa peraturan anti-Islam lainnya, seperti larangan laki-laki menumbuhkan janggut, penggusuran ribuan masjid, dan larangan penggunaan nama Arab dan Islam juga mulai berlaku di negara Asia Tengah yang merupakan bagian dari Uni Soviet saat itu.

Larangan pendirian partai politik Islam, larangan penggunaan pikemen masjid untuk mengumandangkan azan, dan penggunaan bahasa Arab di sekolah juga berlaku di Tajikistan.

Kalender nasional Tajikistan bahkan tidak menggunakan warna merah pada dua hari raya utama Islam: Idulfitri dan Aidiladha. Namun pemerintah selalu menetapkan kedua tanggal tersebut sebagai Hari Libur Nasional.

Kebijakan anti-Islam ini tidak lepas dari cakar besi presiden Tajikistan yang “seumur hidup”, Emomali Rahmon.

Sejak berkuasa pada tahun 1994, Rahmon terus berupaya menjadikan Tajikistan sebagai negara sekuler dengan mengedepankan nilai-nilai tersebut. Rahmon ingin mencegah praktik dan kepercayaan keagamaan yang dianggap asing mendapat pijakan dalam kehidupan politik dan sosial negara.

Siapa Emomali Rahmon dan bagaimana dia berkuasa di Tajikistan?

Rahmon bisa dikatakan merupakan sosok yang sengaja menjadi Presiden Tajikistan karena dukungan situasi. Pada tahun 1991, Tajikistan baru saja memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet dan tokoh komunis Rahmon Nabiyev menjadi presiden pertama Tajikistan setelah meraih 57 persen suara dalam pemilihan langsung pertama di negara itu.

Meski merdeka, situasi di Tajikistan jauh dari stabil sehingga memicu pemberontakan dan demonstrasi di mana-mana.

Pada tahun 1992, demonstrasi anti-pemerintah di ibu kota Dushanbe berubah menjadi perang saudara antara pasukan pemerintah, kelompok Islam, dan kelompok pro-demokrasi. Perang saudara ini menewaskan 20 ribu orang dan memperburuk perekonomian Tajikistan yang baru merdeka.

Dikutip Radio Gratis EropaKondisi ini memaksa Nabiyev mengundurkan diri pada September 1992. Saat itu, jabatan presiden dihapuskan hingga ketua parlemen Tajikistan yang saat itu dijabat oleh Rahmon otomatis menjadi kepala negara. secara de facto.

Meskipun demikian, Rahmon mulai menegaskan cengkeraman besinya dengan menindas semua partai politik oposisi dan meninggalkan Partai Komunis Tajikistan sebagai satu-satunya partai politik yang sah di negara tersebut.

Rahmon baru menjabat sebagai presiden pada tahun 1994 setelah memenangkan “kuasi pemilu”. Pada tahun yang sama, Rahmon berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pemberontak Muslim.

Pada tahun 1997, rezim Rahmon dan kelompok pemberontak United Tajik Opposition (UTO) menyetujui perjanjian damai. Meski memaafkan pihak oposisi, Rahmon dengan tegas mengontrol gerakan oposisi dan pemberontak.

Lanjutkan ke halaman berikutnya >>>