Jakarta, Pahami.id —
Israel menjadi negara pertama yang secara resmi mengakuinya Somalia sebagai negara merdeka pada Jumat (26/12).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan keputusan tersebut sambil mengundang Presiden Somaliland, Abdirahman Mohamed Abdullahi, untuk mengunjungi Israel.
Sebagai bagian dari pengakuan ini, Somaliland berkomitmen untuk bergabung dengan Abraham Accords yang ditengahi AS pada tahun 2020 antara Israel dan beberapa negara Muslim.
Langkah ini diharapkan memberi Israel sekutu strategis di dekat Selat Bab el-Mandeb dan wilayah sekitar Yaman.
Latar Belakang Somaliland
Luncurkan situsnya Zaman IsraelSomaliland adalah wilayah kecil dengan pemerintahan sendiri di bagian utara Somalia, terletak di selatan Teluk Aden dan dekat Selat Bab el-Mandeb yang strategis.
Wilayah ini berbatasan dengan Somalia di timur, Ethiopia di selatan dan barat, dan Djibouti di barat laut, dengan garis pantai sekitar 530 mil di Teluk Aden.
Namun secara internasional wilayah tersebut masih dianggap sebagai bagian dari Somalia, sedangkan Yaman berada di seberang Teluk Aden.
Somaliland terbagi menjadi enam wilayah administratif dengan luas sekitar 68.000 mil persegi. Ibu kotanya, Hargeisa, memiliki populasi sekitar 1,2 juta jiwa, sedangkan total populasi diperkirakan mencapai 5,7 juta jiwa pada tahun 2019.
Sebagian besar wilayah Somaliland beriklim kering dan didominasi oleh daerah gurun, dengan kondisi gersang hingga semi kering.
Somaliland memiliki tiga bahasa resmi yaitu Somalia, Arab, dan Inggris dengan Islam sebagai agama resmi yang dianut oleh sekitar 99 persen penduduknya yang mayoritas beragama Islam Sunni.
Sejarah Somalia
Somaliland menelusuri batas-batas wilayahnya dan mengklaim keberadaannya sejak zaman kolonial. Pada tahun 1884, Inggris mulai membuat perjanjian dengan berbagai suku di Somaliland dan kemudian membentuk Protektorat Somaliland.
Pada saat yang sama, Italia menguasai seluruh Somalia, sementara Prancis menguasai wilayah yang sekarang disebut Djibouti.
Somaliland Britania merdeka pada 26 Juni 1960 dan diakui lebih dari 30 negara, sebelum akhirnya memilih bersatu dengan Somaliland Italia untuk membentuk negara Somalia pada 1 Juli 1960.
Situasi di Somalia berubah setelah Presiden Somalia Abdirashid Ali Shermarke dibunuh pada tahun 1969, yang disusul dengan kudeta militer oleh Jenderal Mohamed Siad Barre.
Siad Barre memerintah secara otoriter hingga tahun 1991 dan melancarkan invasi yang gagal ke wilayah Ogaden di Ethiopia pada tahun 1977-1978, yang memperburuk konflik internal.
Dalam upaya mempertahankan kekuasaan, rezim Siad Barre memicu ketegangan antar suku, termasuk memusuhi suku Isaq yang merupakan mayoritas di Somaliland.
Gerakan Nasional Somalia (SNM), yang didominasi oleh klan Isaq, memainkan peran penting dalam oposisi terhadap pemerintah pusat di Mogadishu.
Ketegangan memuncak ketika rezim Siad Barre mengebom Hargeisa dan membunuh puluhan ribu warga.
Setelah Siad Barre digulingkan pada tahun 1991 dan Somalia mengalami perang saudara yang berkepanjangan, Somaliland mendeklarasikan kemerdekaan.
Meskipun masih diakui secara internasional sebagai bagian dari Somalia, Somaliland berkembang melalui jalur yang berbeda.
Melalui pertemuan adat antar marga, wilayah tersebut membangun stabilitas politik, membentuk pemerintahan sendiri, dan meratifikasi konstitusi melalui referendum pada tahun 2001.
(rnp/bac)

