Arab Saudi disebut-sebut telah menahan sejumlah jemaah yang menunjukkan solidaritasnya Semenanjung GazaPalestina termasuk memakai jilbab keffiyeh.
Mereka juga diduga menangkap orang-orang yang salat di Palestina di tempat-tempat suci seperti Mekkah dan Madinah.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Aktor sekaligus pengacara asal Inggris, Islah Abdur Rahman yang menunaikan umrah bersama keluarganya di Mekkah, mengaku ditangkap petugas keamanan Masjidil Haram Saudi karena mengenakan keffiyeh atau syal, simbol perlawanan Palestina.
“Saya dihentikan oleh empat tentara karena saya mengenakan keffiyeh putih di kepala dan rosario berwarna Palestina di pergelangan tangan saya,” kata Abdur Rahman seperti dikutip. Mata Timur TengahJumat (17/11).
“Saya diantar ke suatu lokasi, di luar lokasi, di mana mereka menahan orang-orang karena kemungkinan melakukan kejahatan atau pelanggaran. Begitu saya ditahan, ada tentara lain yang menginterogasi saya dan bertanya tentang kewarganegaraan saya, mengapa saya ada di sini, ke mana saya akan bepergian. .dari, berapa lama saya di sini,” tambahnya.
Tentara juga meminta Abdur Rahman untuk menunjukkan kepadanya cara memakai keffiyeh, sementara tentara mendiskusikan nasibnya dan mengambil visanya.
Ia menduga persoalan penangkapannya jelas ada kaitannya dengan Keffiyeh, karena Abdur Rahman pun tidak begitu paham dengan pembicaraan prajurit tersebut. Namun menurutnya, tentara tersebut beberapa kali menyebut ‘keffiyeh Palestina’.
Abdur Rahman kemudian disuruh menandatangani formulir pelepasan dengan memberikan sidik jarinya, serta menyerahkan keffiyeh yang dikenakannya.
“Akhirnya saat saya keluar, ada pekerja yang mendatangi saya, mengambil jilbab saya dan berkata, ‘Ini tidak bagus, Israel-Palestina tidak bagus, jadi jangan pakai, tidak boleh’,” ujarnya. menirukan kata-kata prajurit itu.
Ketakutan berubah menjadi patah hati
Abdur Rahman tak menyangka ibadahnya di tempat ziarah rohani itu terganggu karena ancaman penangkapan. Kejadian ini mengagetkan dirinya, karena ia takut untuk bersuara karena tidak berada di negaranya sendiri.
Ketakutan ini kemudian berubah menjadi sakit hati, karena penggunaan Keffiyeh dalam mendukung Palestina di tanah Arab dipertanyakan. Ia juga tidak membayangkan bagaimana masyarakat Palestina menjalani kehidupannya di bawah bayang-bayang tindakan penindasan selama ini.
“Ketakutan saya berubah menjadi patah hati, dan patah hati ini semakin parah ketika saya menyadari bahwa ini hanyalah satu ons dari apa yang harus dialami oleh orang-orang Palestina,” katanya.
Abdur-Rahman kemudian menyebut pengalaman itu ‘menyedihkan’, apalagi terjadi di tempat ibadah. Di sisi lain, menurutnya, agresi Israel belum berhenti di Gaza, yang sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 11.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak.
“Hal ini menyadarkan saya betapa warga Palestina di Gaza dan di negaranya harus mengalami perlakuan dari pemerintah Israel, dan pelecehan yang mereka terima hanya karena menjadi warga Palestina. Hal ini justru memperluas empati saya lebih jauh dari sebelumnya,” lanjut Abdur Rahman.
Abdur-Rahman memutuskan untuk berbagi pengalaman tidak menyenangkannya di Instagram, dengan mengatakan bahwa dia tidak ingin memberikan kesan yang salah tentang Mekah sebagai tempat yang indah, namun dia ingin menjelaskan bagaimana orang-orang Palestina ‘tidak bersuara’ di sana.
Sejak berbagi pengalamannya, Abdur-Rahman mengatakan dia telah menerima pesan kebencian secara online dari Arab Saudi, yang membela apa yang terjadi dan mengatakan tidak diperbolehkan mengibarkan bendera atau simbol di tempat ibadah.
“Ada pemahaman universal di kalangan umat Islam bahwa ini bukan sembarang negara dan Al-Aqsa di Palestina adalah salah satu situs paling suci dalam Islam. Jadi menurut saya tidak apa-apa. Saya juga mendapat cerita dari orang-orang yang mengalami kejadian itu. Saya mengalaminya. dan mereka menghadapi masalah,” katanya.
Bersambung di halaman berikutnya…