Berita Rusia Tak Ingin Akhiri Perang, Kyiv Digempur Jelang Lawatan

by
Berita Rusia Tak Ingin Akhiri Perang, Kyiv Digempur Jelang Lawatan


Jakarta, Pahami.id

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia tidak berniat mengakhirinya perang yang sudah berlangsung hampir tiga tahun. Pernyataan itu muncul setelah Moskow kembali melancarkan serangan besar terhadap Kyiv, tak lama sebelum kunjungan Zelensky ke Amerika Serikat untuk bertemu Presiden Donald Trump.

Rusia membombardir ibu kota Ukraina dengan rentetan drone dan rudal selama hampir 10 jam pada Sabtu (27/12). Serangan itu menewaskan sedikitnya seorang wanita, melukai puluhan orang, dan memutus aliran listrik dan pemanas bagi ratusan ribu penduduk di tengah suhu musim dingin yang sangat dingin.

Zelensky mengatakan sekitar 500 drone dan 40 rudal menghantam Kyiv dan sekitarnya. Ia menilai serangan itu sebagai bukti nyata sikap Moskow yang bertentangan dengan retorika diplomatik.


“Perwakilan Rusia terlibat dalam diskusi panjang, namun kenyataannya mereka berbicara tentang rudal Kinzhal dan drone Shahed,” kata Zelensky yang dikutip CNA.

“Mereka tidak ingin mengakhiri perang dan berusaha menggunakan setiap kesempatan untuk menyebabkan penderitaan yang lebih besar bagi Ukraina dan meningkatkan tekanan pada seluruh dunia,” tambahnya.

Menurut pihak berwenang Ukraina, serangan itu menghantam beberapa bangunan umum, termasuk apartemen, asrama mahasiswa, dan pompa bensin. Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko mengatakan sekitar 600.000 pelanggan terkena dampak pemadaman listrik akibat serangan tersebut.

Militer Rusia mengklaim telah menggunakan rudal hipersonik dan drone untuk menyerang infrastruktur dan fasilitas energi yang dikatakan digunakan untuk tujuan militer Ukraina.

Dampak serangan tersebut juga terasa hingga negara tetangga. Polandia, anggota NATO, mengerahkan jet tempur dan meningkatkan kewaspadaan sistem pertahanan udaranya. Dua bandara dekat perbatasan Ukraina menghentikan sementara operasi penerbangan sebelum kembali normal.

Serangan itu terjadi menjelang pertemuan Zelensky dengan Presiden AS Donald Trump di Florida pada hari Minggu. Pertemuan tersebut akan membahas usulan baru untuk mengakhiri konflik terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.

Zelensky mengungkapkan rencana perdamaian terbaru terdiri dari 20 poin yang berpotensi membekukan garis pertempuran saat ini. Namun usulan tersebut juga membuka kemungkinan penarikan pasukan Ukraina dari wilayah timur serta pembentukan zona penyangga demiliterisasi.

Rencana tersebut menandai pengakuan paling jelas Kyiv hingga saat ini atas kemungkinan konsesi teritorial, dan merupakan penyimpangan tajam dari proposal sebelumnya yang berisi 28 poin yang dipandang lebih mengakomodasi tuntutan Rusia.

Trump dalam wawancara dengan media Politico menyatakan rencana Zelensky masih belum pasti. “Dia tidak punya apa-apa sampai saya menyetujuinya,” kata Trump.

Zelensky mengatakan pembicaraan dengan Trump akan mencakup jaminan keamanan, rekonstruksi dan isu-isu sensitif seperti wilayah Donbas dan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Dalam perjalanannya ke AS, ia juga dijadwalkan singgah di Kanada dan mengadakan pertemuan online dengan para pemimpin Uni Eropa.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia menuduh Zelensky dan sekutunya di Eropa berusaha “menyabotase” rencana perdamaian awal yang disusun Rusia dan Amerika Serikat.

(sels/sel)