Berita Ribuan Orang Kepung Gedung Pemerintahan Israel, Desak Netanyahu Mundur

by


Jakarta, Pahami.id

Ribuan massa anti-pemerintah Israel berkumpul di pusat kota Tel Aviv untuk demonstrasi dengan tuntutan pembebasan para tahanan yang ditahan di Gaza, Palestina.

Dilaporkan Al JazeeraSabtu (14/9), masyarakat berkumpul di depan gedung pemerintahan dan markas tentara Israel. Mereka datang untuk menekan Perdana Menteri karena dia tidak membuat kesepakatan dengan Hamas mengenai nasib para tahanan.

“Pemerintah yang menyabotase kesepakatan ini mengabaikan para tahanan dan membiarkan mereka mati,” kata Yotam Cohen, seorang pengunjuk rasa dan saudara laki-laki seorang tentara Israel yang masih ditahan di Gaza.


“Selama Netanyahu berkuasa, perang ini akan berlangsung selamanya dan tidak akan ada kesepakatan penyanderaan. Demi nyawa para sandera, Netanyahu harus diganti,” lanjut Cohen.

Ribuan orang yang berdemonstrasi itu diikuti keluarga dan kerabat para prajurit yang menjadi sandera. Tak hanya itu, demonstrasi tersebut juga dihadiri oleh masyarakat yang tidak senang dengan kepemimpinan Netanyahu selama ini.

Mereka dengan lantang mendukung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mendesaknya untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pembebasan tahanan.

Masyarakat juga menuntut agar Netanyahu menjamin kembalinya sekitar 100 tahanan dalam kesepakatan tersebut.

Beberapa pengunjuk rasa juga frustrasi karena Israel dan Hamas terus gagal melakukan negosiasi mengenai para tahanan. Beberapa anggota masyarakat juga mengkritik Netanyahu karena menolak untuk tetap berkuasa selama perang.

Demonstrasi massal kembali terjadi di Israel dalam dua pekan terakhir, tepatnya sejak jasad enam tentara Israel yang ditangkap ditemukan di Gaza.

Demonstrasi terus berlanjut hingga diperkirakan 750 ribu orang menghadiri demonstrasi pekan lalu.

Agresi Israel di Jalur Gaza terus berlanjut sejak dimulai pada Oktober 2023. Hingga saat ini, 41.020 warga Palestina tewas dan 94.925 lainnya luka-luka.

Mayoritas korban tewas adalah anak-anak dan perempuan. Israel berulang kali menyerang kamp-kamp pengungsi, bahkan yang terbaru bahkan secara terang-terangan menyerang Al Mawasi, sebuah wilayah yang diklaim sebagai zona aman oleh Negara Zionis.

Sementara itu, Hamas menyatakan tim perundingnya yang dipimpin pejabat senior Khalil al-Hayya bertemu dengan mediator di Doha, Qatar, pada Rabu (11/9).

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel.

Ini merupakan perundingan terbaru setelah perundingan sebelumnya berakhir buntu. Sebab, Israel diminta bisa menguasai perbatasan Mesir-Gaza yang dikenal dengan Koridor Philadelphia untuk mencegah pergerakan Hamas.

Pada Sabtu (7/9), Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat, William Burns, selaku kepala negosiator AS, mengatakan proposal gencatan senjata yang lebih rinci akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan.

(Jumat/Senin)