Jakarta, Pahami.id –
Kementerian Luar Negeri Indonesia menekankan bahwa pemerintah tidak memberi wewenang kepada negara itu untuk membangun pangkalan militer di Indonesia mengikuti rumor yang disebutkan Rusia Minta akses ke pangkalan Angkatan Udara di Biak, Papua.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Rolliansyah Soemirat (Roy) mempresentasikan pernyataan itu dalam pernyataan tertulis pada hari Rabu (16/4).
“Indonesia tidak pernah memberikan negara mana pun untuk membangun atau memiliki pangkalan militer di Indonesia,” kata Roy.
Roy juga mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan tradisi politik asing yang aktif akan menerima dan mengizinkan warga negara atau kapal negara lain yang memiliki misi yang aman untuk mengunjungi Indonesia.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa Indonesia memiliki rencana untuk membangun situs peluncuran satelit di BIAK.
“Diskusi tentang masalah ini dimulai beberapa tahun yang lalu tetapi tidak mencapai keputusan,” kata Roy.
Situs militer AS, Janes, merilis sebuah laporan berjudul “Indonesia Pertimbangkan Opsi Setelah Rusia mencoba mengakses pangkalan AU” pada hari Selasa (14/4).
Di situs ini, Janes melaporkan bahwa Jakarta menerima permintaan formal dari Moskow di Angkatan Udara Rusia (VKS) memungkinkan berada di sebuah fasilitas di Indonesia timur.
Sumber -sumber terpisah dari pemerintah Indonesia telah mengkonfirmasi permintaan Janes yang diterima oleh Kantor Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin setelah bertemu dengan Sekretaris Dewan Keamanan Federal Rusia Sergei Shoigu pada Februari 2025.
Dalam sebuah dokumen yang diterima oleh Janes atas permintaan itu, Rusia mencoba menempatkan beberapa pesawat panjang di pangkalan Angkatan Udara, yang berbagi landasan pacu dengan Bandara Frans Kaisipo.
Pangkalan Udara Biak adalah rumah bagi 27 pesawat pengintai CN235 Angkatan Udara Penerbangan Indonesia.
Sejumlah media Australia juga melaporkan laporan itu. Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan pemerintah telah “berkomunikasi” dengan Indonesia tentang laporan itu.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan pemerintah sedang mencari informasi lebih lanjut dari Indonesia.
“Kami, dari pemerintah, mencoba mengkonfirmasi laporan dan mencari tahu apakah laporan itu akurat atau tidak dan apa status permintaan Rusia,” kata Wong, ABC Australia.
Wong juga mengatakan Rusia adalah tim yang mengganggu dan Presiden Vladimir Putin ingin berperan.
(Yesus/BAC)