Jakarta, Pahami.id —
Sejumlah institusi di dunia menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) terkait dengan bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza.
Bertentangan dengan ekspektasi, resolusi DK PBB hanya menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, bukan menyerukan gencatan senjata.
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang lebih lunak sebagai upaya menghindari veto dari Amerika Serikat (AS). Dalam pemungutan suara yang berlangsung Jumat (22/12), AS dan Rusia akhirnya abstain.
Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard mengatakan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai peningkatan pengiriman bantuan diperlukan. Namun resolusi ini belum cukup menyelesaikan bencana kemanusiaan di Gaza.
“Gencatan senjata segera sudah cukup untuk meringankan penderitaan warga sipil yang kita saksikan,” kata Callamart dalam sebuah pernyataan. Al Jazeera.
Tak hanya itu, Callamard juga mengkritik AS yang menggunakan hak veto untuk memaksa DK PBB melemahkan resolusi tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan kelompok medis darurat Doctors Without Borders (MSF). Lembaga tersebut menilai resolusi DK PBB masih jauh dari apa yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis di Gaza.
“Resolusi ini telah diperlunak sehingga dampaknya terhadap kehidupan warga sipil di Gaza hampir dapat diabaikan,” kata Direktur Eksekutif MSF-USA Avril Benoit, dalam sebuah pernyataan.
Ia yakin siapa pun yang mempunyai hati nurani akan setuju bahwa peningkatan bantuan kemanusiaan di Gaza harus dilakukan tanpa penundaan.
Namun, ia menyatakan banyak negara anggota yang menyadari perlunya gencatan senjata untuk mengatasi bencana kemanusiaan di Gaza.
“Hanya saja, DK PBB sekali lagi gagal menyerukan hal ini,” kata Benoit.
Ilustrasi. Serangkaian serangan Israel telah menyebabkan warga Gaza menghadapi risiko kelaparan yang besar. (AP/Fatima Shbair) |
Senada dengan yang lain, Scott Paul dari organisasi kemanusiaan Oxfam America juga mengkritik keputusan resolusi tersebut. Ia menekankan, bantuan ke Gaza tidak akan berhasil jika bom terus dijatuhkan.
“Tidak ada gunanya membawa tepung jika tidak bisa membuat roti. Jadi fokusnya salah total,” kata Paul.
Dia mengatakan ada ‘jurang pemisah yang lebar’ antara pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan seluruh dunia mengenai apa yang dibutuhkan di Gaza. Sebagian besar negara mendukung gencatan senjata, sementara AS tetap menentang tindakan tersebut.
Pakar kebijakan publik dari Doha Institute of Graduate Studies Tamer Qarmout juga memberikan komentarnya. Ia mengatakan, Dewan Keamanan PBB telah gagal menyelesaikan perang antara Israel dan Palestina.
DK PBB, lanjut Qarmout, sudah tidak relevan lagi dalam tugasnya menyelesaikan bencana perang.
“Ketika PBB dibentuk pasca perang dunia kedua, seharusnya PBB bisa mengatasi dan mencegah konflik serupa seperti yang terjadi di Gaza,” kata Qarmout.
Namun sayangnya, lanjut Qarmout, PBB merupakan organisasi politik yang didominasi oleh negara-negara kuat. Utamanya, negara-negara yang memiliki hak veto di DK PBB, seperti AS.
“Saya kira perang ini tidak bisa diselesaikan melalui PBB. PBB menjadi tidak relevan, terpinggirkan, sangat dipolitisasi, dan mandatnya kini dipertanyakan,” tambah Qarmout.
Perang antara Israel dan kelompok milisi Hamas terus berlanjut sejak 7 Oktober. Meskipun gencatan senjata sementara diterapkan, perang terus berlanjut setelahnya.
Hingga saat ini, invasi tersebut tercatat telah memakan korban jiwa lebih dari 20 ribu warga Palestina. Kebanyakan korbannya adalah ibu-ibu dan anak-anak.
(pantat/pantat)
[Gambas:Video CNN]
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);