Berita Profil Hassan Nasrallah, ‘Buron’ Israel Nomor 1 di Lebanon

by


Jakarta, Pahami.id

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah kembali menjadi sorotan setelah dikabarkan menjadi sasaran serangan yang dilancarkan tentara Israel pada Jumat (27/9).

Serangan itu menargetkan markas besar Hizbullah di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut. Serangan tersebut mengguncang kota dan menimbulkan kepulan asap tebal.

Kantor berita aksioMengutip sumber Israel, disebutkan Hassan Nasrallah menjadi sasaran serangan. Namun Hizbullah mengklaim Nasrallah aman.


Sumber yang dekat dengan Hizbullah menceritakan Reuters bahwa Nasrallah masih hidup. Kantor berita Iran Tsanim juga melaporkan bahwa Nasrallah selamat dari serangan itu.

Sementara itu, militer Israel mengklaim telah melakukan serangan yang ditargetkan terhadap markas besar Hizbullah, yang dikatakan ‘terletak di bawah sebuah bangunan tempat tinggal di jantung Dahiyeh di Beirut’.


Hassan Nasrallah merupakan pemimpin Hizbullah dan disebut-sebut sebagai dalang yang membantu Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober.

Berkat bantuan Hizbullah, milisi Hamas berhasil menyusup ke perbatasan Israel dan melancarkan serangan yang berujung pada penyanderaan.

Serangan Hamas memicu invasi brutal Israel ke Jalur Gaza dan telah menewaskan lebih dari 31.400 orang hingga saat ini.

Lalu siapa sebenarnya Hassan Nasrallah itu?

Pria kelahiran 1960 ini berasal dari keluarga Muslim Syiah di Bourj Hammoud, Lebanon. Ayahnya adalah seorang operator toko kelontong kecil.

Nasrallah sejak kecil telah mempelajari agama Islam dan digambarkan sebagai murid luar biasa yang taat pada agama.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dilaporkan menjadi sasaran utama serangan Israel di Lebanon. (AFP/-)

Namun, sejak perang saudara di Lebanon pecah pada tahun 1975, ia dan keluarganya melarikan diri ke selatan menuju Beirut.

Laporan dari Inggrisdia juga berpartisipasi dalam gerakan Amal, kelompok paramiliter Syiah Lebanon yang memiliki hubungan dengan Iran dan Suriah.

Sejak itu, ia mulai mempelajari ilmu Syiah dan berjuang bersama kelompoknya.

Namun invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 menyebabkan ia meninggalkan Amal dan bergabung dengan Hizbullah untuk memperdalam ilmu dan perjuangannya.

Kiprahnya dalam kepemimpinan paramiliter menjadikannya lebih tinggi pada tahun 1980. Kemudian, ia pergi ke Iran untuk melanjutkan pendidikan agamanya di Qom dan kembali berperang di Lebanon pada tahun 1989.

Setelah pemimpin Hizbullah saat itu, Syekh Abbas Al-Mussawi, tewas akibat serangan rudal Israel, ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah.

Nasrallah memiliki kharisma dan pesona yang halus. Hal ini membuatnya kerap menjadi teladan bagi sebagian anggota Hizbullah.

Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah mengembangkan jaringan program kesejahteraan sosial yang berhasil menarik simpati masyarakat luas. Israel menganggap Hizbullah sebagai lawan yang serius di Lebanon selatan.

Setelah berhasil memimpin Hizbullah, ia menjadi fokus negara-negara Barat. Dia telah bernegosiasi dengan AS mengenai gencatan senjata dalam serangan Israel.

Namun negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Hingga suatu saat, serangan Hizbullah terhadap Israel terbukti menjadi faktor penting dan mendorong Israel menarik diri dari Lebanon selatan pada tahun 2000. Hal ini memperkuat posisi Nasrallah dalam politik negara yang membuatnya mendapat banyak pujian.

“Saya tidak percaya Israel adalah negara yang sah karena negara ini didirikan atas dasar pendudukan,” kata Nasrallah seperti dikutip dari Al Jazeera.

Karya politiknya juga terlihat ketika ia dan Hizbullah menuntut lebih banyak kursi di parlemen pada tahun 2006. Ia dan sekutu politiknya mengorganisir protes di seluruh Lebanon selama setahun.

Hingga November 2007 ia melancarkan boikot untuk mencegah Majelis Nasional memutuskan memilih presiden baru. Posisi ini dibiarkan kosong.

(del/asr)