Berita Pramono Sebut DKI Dukung Purbaya soal Pembatasan ‘Thrifting’ Impor

by
Berita Pramono Sebut DKI Dukung Purbaya soal Pembatasan ‘Thrifting’ Impor


Jakarta, Pahami.id

Pemerintah Daerah DKI Jakarta Mendukung Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk mengenakan denda kepada importir pakaian bekas ilegal (penghematan) dan melarang kegiatan bisnis tersebut.

Terkait larangan ‘Thrifting’ dari Kementerian Keuangan, kami memberikan dukungan termasuk di pasar-pasar di Jakarta, kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo di Jakarta Selatan, Jumat (24/10).

Pramono tidak ingin pedagang hanya menjadi penjual saja (pengecer) dari hasil ‘Kelebihan’ Itu.


Bahkan, Pramono juga telah meminta instansi terkait lainnya untuk melakukan pelatihan bagi pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Dengan pelatihan ini diharapkan UMKM bisa lebih mandiri dan tidak ketergantunganpenghematan‘.

Operasi pembersihan’penghematan

Sebagai bentuk dukungan kepada Pemerintah Pusat, Pramono menyatakan pihaknya siap membantu jika dilakukan operasi pembersihan terhadap para penjamin di Jakarta.

“Karena ‘penghematan‘Ini yang merugikan, salah satu kelemahannya adalah pedagang grosir di Pasar Tanah Abang, Senen dan sebagainya. Jadi Jakarta setuju dengan itu, kata Pramono.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengingatkan akan terus menggalakkan larangan praktik impor bal pakaian bekas dalam karung atau balpres.

Tak hanya dikenakan sanksi, importir juga akan mendapat hukuman tambahan berupa denda.

Purbaya menilai pemerintah akan rugi jika hanya memusnahkan pelaku dan memusnahkan barang bukti pakaian ilegal. Pasalnya, pemerintah harus mengeluarkan banyak uang untuk melaksanakannya.

Tak hanya itu, Purbaya mengatakan ke depan para pelaku impor baju bekas Balpres akan masuk daftar hitam (daftar hitam) pemerintah. Artinya, yang bersangkutan sudah tidak boleh lagi mengimpor barang dan nama-nama pemain yang mengimpor baju bekas sudah di-blackball oleh pemerintah.

Secara harfiah penghematan berasal dari kata bahasa Inggris ‘Hrift’ yang berarti tabungan. Belakangan, istilah tersebut digunakan untuk kebiasaan berbelanja pakaian atau barang bekas. Dahulu – dan masih berlaku hingga saat ini – tempat jual beli barang bekas dikenal dengan nama pasar loak.

Untuk merujuk pada fashion, tren penghematanbermula dari kebutuhan dan berkembang menjadi gaya hidup sejak tahun 1980an.

Fenomena ini kemudian populer di beberapa kota besar, misalnya Bandung dengan Cimol (kemudian pindah ke Tegalega, dan sekarang di Gedishy), atau Jakarta dengan Poncol di Senen dan jembatan barang di Jatinegara.

Cnnindonesia.com biasa menulis bila melihat sejarahnya di dunia, kebudayaan penghematan Faktanya, ini dimulai lebih dari satu abad yang lalu. Mengutip WaktuPada akhir abad ke-19, berbagai daerah di Amerika Serikat (AS) berkembang pesat dalam bidang kutu atau budaya penghematan.

Saat itu Revolusi Industri memperkenalkan produksi massal pakaian yang dianggap dipakai oleh banyak orang. Akibatnya, banyak barang yang dibuang.

Pada periode tersebut terjadi pergerakan barang kedua tangan atau Bekas Juga muncul dalam pencarian untuk menemukan kegunaan baru untuk item.

Pada saat itu, organisasi dan niat baik Salvation Army memainkan peran utama dalam mengembangkan konsep tersebut penghematan. Mereka mengumpulkan pakaian bekas lalu menjualnya kepada pendatang dengan harga lebih murah.

Oleh karena itu, seniman daur ulang Intan anggita Pratiwie mengatakan ada pergeseran makna dalam konsep tersebut penghematan.

Dalam percakapan dengan Cnnindonesia.com Pada tahun 2022, katanya penghematan hanya dilihat sebagai aktivitas berburu. Padahal, kata dia, Thrifting sebenarnya mempunyai misi tertentu.

Thrifting, menurut Intan, sebenarnya adalah gerakan mengumpulkan barang-barang bekas lalu dijual. Hasil penjualan digunakan untuk amal, sumbangan, atau kegiatan sosial lainnya.

“Misalnya, kamu sukses Penjualan garasi Bagi ibu-ibu yang terdampak pandemi tidak bekerja lagi, ibu-ibu pekerja sayur, hal ini bisa menyangkut prestasi. Kalau beli di Gedebage ya beli saja kedua tangan“ucap Intan.

Dan, budaya penghematan Yang awalnya dianggap sebagai cara berhemat, kini berubah menjadi sesuatu yang keren bahkan menjadi ladang ‘keuntungan’ yang diperebutkan melalui toples-toples pakaian bekas yang didatangkan dari negara lain.

(antara/anak-anak)