Berita Politikus Malaysia Kritik Keras Wacana Bangun Jembatan Melaka ke RI

by
Berita Politikus Malaysia Kritik Keras Wacana Bangun Jembatan Melaka ke RI


Jakarta, Pahami.id

Pemimpin oposisi negara Malaka, Mohd Yadzil Yaakub mengecam keras pembicaraan pembangunan jembatan penghubung. Malaysia dengan Indonesia.

Yadzil mempertanyakan tujuan dan kelayakan pembangunan jembatan tersebut di tengah kondisi keuangan Melaka.


Yadzil dalam keterangannya mengatakan, rencana pembangunan jembatan sepanjang 47,7 kilometer sebenarnya bisa terlaksana. Namun proyek ini tidaklah murah, terutama bagi perekonomian Melaka.

Malaka setiap tahun menerima pendapatan dalam jumlah terbatas. Hampir seluruh dana digunakan untuk operasional negara. Di tengah situasi tersebut, Melaka masih terlilit utang kepada beberapa pihak termasuk pemerintah federal.

“Jika kita tidak dapat melunasi utang yang ada, bagaimana pemerintah negara bagian dapat meyakinkan masyarakat bahwa mereka dapat mengelola utang baru senilai miliaran ringgit dengan hati-hati?” katanya, seperti dikutip Bebaskan Malaysia Hari Ini.

“Kenyataannya pemerintah Malaka masih sangat bergantung pada bantuan Putrajaya. Jika kita membutuhkan bantuan federal hanya untuk memperbaiki jalan, bagaimana mungkin kita bisa membangun jembatan melintasi Selat Malaka?” dia menambahkan.

Pemerintah negara bagian Malaka, Malaysia, berencana membangun jembatan sepanjang 47,7 kilometer yang menghubungkan negara tetangganya dengan Indonesia.

Jembatan ini rencananya akan dibangun dari Pengakal Balak di Masjid Tanah hingga wilayah Indonesia. Mega proyek ini bertujuan untuk mengurangi waktu tempuh kedua wilayah menjadi sekitar 40 menit.

Ketua Menteri Melaka, Ab Rauf Yusoh mengatakan, kajian terkait pembangunan jembatan tersebut akan dimulai Januari mendatang.

“Kami yakin jika rencana ini terealisasi, jembatan ini akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Melaka,” kata Ab Rauf.

Ab Rauf mengatakan, pemerintah Melaka telah mengeluarkan anggaran sebesar RM500.000 (sekitar Rp 2 miliar) untuk konsultasi masalah teknis, ekonomi, dan logistik.

Menurut Yadzil, pemerintah federal Malaysia tidak akan memberikan bantuan keuangan untuk proyek besar tersebut. Meskipun proyek ini dibiayai oleh sektor swasta, Yadzil memperingatkan bahwa akan ada biaya tol yang tinggi dan risiko pemborosan uang dan sumber daya.

Ia juga menambahkan, wilayah Indonesia yang akan dihubungkan dengan jembatan tersebut bukanlah pusat perekonomian besar, sehingga kemungkinan besar Malaysia hanya mendapat sedikit manfaat.

“Dan jika konsesinya gagal, pemerintah harus menyelamatkan proyek tersebut dengan menggunakan dana publik. Dalam semua skenario, rakyatlah yang menjadi korban,” kata Yadzil.

Lebih dari itu, Yadzil juga menyoroti dampak lingkungan dari proyek yang dilakukan di pesisir pantai.

(blq/baca)