Jakarta, Pahami.id —
Perdana Menteri Libanon Najib Mikati menyatakan, negaranya saat ini sedang dalam keadaan perang akibat konflik antara Israel dan kelompok milisi Hizbullah di Lebanon selatan.
Dalam keterangannya saat berkunjung ke Lebanon selatan, Sabtu (29/6), Mikati mengatakan negaranya saat ini sedang mengalami “kehancuran” akibat ketegangan antara Israel dan Hizbullah. Tak hanya itu, banyak juga warga Lebanon yang tewas akibat ketegangan tersebut.
“Mereka berbicara tentang perang dengan kami. Kami bisa melihatnya. Kami mengalami kehancuran dan orang-orang mati. Kami berharap perang tidak meluas. Dan kami menantikan stabilitas jangka panjang di Selatan yang kami cintai,” kata Mikati, seperti dikutip dari Antara. Kantor Berita Nasional.
Mikati mengatakan Lebanon selalu mendukung perdamaian dan implementasi Resolusi 1701 dan Resolusi 2735.
Resolusi 1701 merupakan seruan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel yang mengakhiri perang kedua negara pada tahun 2006.
Sementara itu, Resolusi 2735 merupakan seruan untuk menerapkan gencatan senjata tiga fase di Jalur Gaza, yang mencakup pertukaran sandera dan menekankan pentingnya solusi dua negara.
“Kami selalu menganjurkan perdamaian dan pilihan kami adalah perdamaian dan penerapan Resolusi 1701. Israel harus menghentikan serangan berulang-ulangnya ke Lebanon dan menghentikan perang di Gaza, dan setiap orang harus menerapkan Resolusi Internasional 2735,” kata Mikati seperti dikutip The New Arab.
“Kami bersama rakyat kami. Kelompok oposisi melakukan tugasnya, pemerintah Lebanon melakukan tugasnya, dan tujuan kami adalah melindungi negara dengan segala cara,” lanjut Mikati.
Perbatasan Israel-Lebanon baru-baru ini memanas karena kematian Taleb Abdallah, seorang komandan senior Hizbullah. Israel menyatakan telah menyetujui rencana perang dengan Hizbullah.
Menanggapi hal tersebut, Hizbullah mengaku tidak takut dan kembali menantang Israel.
Konflik antara Israel dan Hizbullah sendiri terjadi bersamaan dengan pecahnya invasi Zionis di Gaza. Hizbullah mengklaim serangan terhadap Israel merupakan bentuk solidaritas terhadap kelompok Hamas.
Menyusul ketegangan tersebut, beberapa negara menjadi khawatir dan mulai mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon.
Jerman dan Kanada termasuk di antara negara yang meminta warganya segera meninggalkan Lebanon.
(blq/dna)