Jakarta, Pahami.id –
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyangkal laporan bahwa ia berencana untuk mengundurkan diri dari posisinya.
“Saya tidak pernah membuat pernyataan seperti itu. Pelaporan di media tidak berdasar,” kata Ishiba ketika bertemu di markas Partai Demokrat Liberal pada hari Rabu (7/23), sebagaimana disebutkan Reuters.
Ishiba sebelumnya dilaporkan telah mengundurkan diri dari posisinya setelah koalisi partainya menghilang dalam pemilihan umum reli Dewan Tinggi Minggu lalu (7/20).
Berita itu disampaikan oleh sumber -sumber yang dekat dengannya. Menurut sumber -sumber ini, Ishiba tidak dapat segera mengundurkan diri pada saat ini karena penghindaran ketidakstabilan politik, yang kemudian diserang oleh tarif impor dari Amerika Serikat.
Menurut media Jepang, Ishiba akan mengumumkan pengunduran dirinya bulan depan.
Koalisi Ishiba gagal memberikan suara mayoritas dalam pemilihan Dewan Tinggi Jepang pada hari Minggu (7/20) kemarin.
Ishiba, Partai Demokrat Liberal, dan teman koalisi Komeito hanya mendapat 47 kursi. Bahkan, untuk memastikan suara mayoritas, koalisi Ishiba harus lebih dari 50 kursi. Saat ini, koalisi Ishiba memiliki 75 kursi.
Kekalahan itu mengguncang pemerintah Ishiba, yang juga kehilangan suara mayoritas dalam reli rendah dalam pemilihan Oktober. Situasi ini menyulitkan pemerintahnya untuk mewujudkan agendanya dan untuk memperburuk ketidakstabilan politik di Jepang.
Kepergian Ishiba dari waktu kurang dari setahun juga akan memicu perjuangan untuk kekuasaan di antara kader Partai Demokrat Liberal. Partai yang berkuasa itu sendiri terancam oleh kemunculan partai baru, yang umumnya berasal dari kamp yang tepat.
Beberapa nama yang memiliki potensi untuk bersaing untuk posisi Ishiba sementara mereka mulai muncul di depan umum.
Mereka termasuk Sanae Takaichi (64), Shinjiro Koizumi (44), dan Toshimitsu Motegi (69). Semua dari pihak yang sama dengan Ishiba.
(BLQ/BAC)
