Jakarta, Pahami.id —
Seorang pilot dengan pengalaman tujuh tahun di Bandara Internasional Muan Korea Selatan bersaksi bahwa tidak pernah ada informasi mengenai keberadaan beton di sekitar landasan bandara.
pesawat terbang Air Jeju yang jatuh pada Minggu (29/12) meledak hebat setelah mendarat tanpa roda pendaratan dan menabrak beton di dekat pagar Bandara Internasional Muan.
Kepada Yonhap, pilot yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan, adanya beton yang memperparah kecelakaan tidak pernah diberitahukan oleh pihak bandara.
Faktanya, dia dan pilot lain sering menganggap struktur tersebut sebagai gundukan.
“Saya telah melihat tumpukan tersebut dari udara saat lepas landas dan mendarat yang tak terhitung jumlahnya dan mengira itu adalah tumpukan. Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa itu terbuat dari beton,” kata pilot.
Dia mencontohkan, tidak ada indikasi dalam bagan bandara atau pedoman tersendiri mengenai beton setinggi 2 meter dan tebal 4 meter.
“Pilot lainnya juga tidak menyadari hal itu nyata,” kata pilot tersebut Waktu Korea.
Pilot juga membahas soal serangan burung yang diduga kuat menjadi penyebab jatuhnya pesawat Jeju Air.
Dia mengatakan pilot terus memantau aktivitas burung menggunakan Layanan Informasi Terminal Bandara. Menurut dia, serangan burung biasanya terjadi setahun sekali.
“Kami terus melakukan pengecekan kondisi cuaca melalui transmisi frekuensi dan baru-baru ini Bandara Muan mengeluarkan peringatan aktivitas burung setiap hari. Menara pengawas juga akan menginformasikan kepada kami jika ada burung di landasan,” ujarnya.
Kecelakaan Jeju Air pada Minggu (29/12) terjadi setelah menara pengawas mengirimkan peringatan serangan burung sesaat sebelum pesawat melakukan pendaratan darurat.
Pilot pesawat segera mengirimkan mayday call dan melakukan pendaratan setelah mendapat izin.
Namun pendaratannya tidak berjalan lancar karena roda pendaratan depan tidak terbuka. Dengan kecepatan setinggi itu, pesawat akhirnya menabrak beton di dekat pagar bandara dan meledak.
Peristiwa tersebut memakan korban jiwa sebanyak 179 orang yang terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin. Hanya dua orang yang selamat dari tragedi tersebut, keduanya adalah awak pesawat.
(blq/baca)