Jakarta, Pahami.id —
Pasukan tentara bayaran asli Rusia kelompok Wagner mulai mengubah namanya di Afrika menjadi Korps Afrika.
Pernyataan tersebut muncul akibat munculnya rumor bahwa Grup Wagner semakin merambah benua Afrika.
Sejak meninggalnya pemimpinnya Yevgeny Prigozhin pada Agustus 2023, Grup Wagner berencana tampil dengan wajah baru dan tidak lagi menggunakan nama Wagner.
Mengapa demikian?
Pengaruh Prigozhin sebagai ketua Grup Wagner telah menyebar ke Afrika.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alessandro Arduino, Prigozhin mengawasi dan mendirikan Badan Penelitian Internet yang beroperasi sebagai lengan propaganda kelompok tersebut.
Hal ini ia jadikan sebagai pendekatan terhadap beberapa negara di Afrika yang saat ini masih terlibat konflik.
Pengendalian ini berkisar dari tambang emas di Republik Afrika Tengah hingga tambang berlian di Sudan.
Arduino mengungkapkan bahwa jaringan Prigozhin dapat bertahan cukup lama selama aturan bisnis dan tentara bayaran tetap berlaku, seperti dikutip dari percakapan.
Selain itu, keterlibatan Wagner Group di Republik Afrika Tengah sangat penting dalam keberlanjutan tambang emas tersebut. Ini menjadi bukti bahwa warisan dan pengaruh Prigozhin telah menyebar luas di Afrika.
Wajah baru Grup Wagner
Grup Wagner kini telah berganti nama menjadi Korps Afrika. Menurut Arduino, Korps Afrika ingin bertransformasi menjadi unit paramiliter dengan kedok badan intelijen militer asing Rusia.
Mereka juga terpecah menjadi beberapa klan yang kemudian bertindak sebagai pengawal bersenjata lengkap bagi panglima perang setempat.
Korps ini juga dikerahkan oleh Moskow untuk membantu berperang dalam konflik demi kepentingan geopolitik Rusia.
“Pembentukan Korps Afrika di bawah payung kementerian pertahanan Rusia menunjukkan bahwa upaya sedang dilakukan untuk memulihkan keadaan normal setelah pembubaran Grup Wagner karena korps tersebut akan mengambil alih operasinya,” kata Rekan Senior Piotr Żochowski dan Rekan Peneliti Miłosz Bartosiewicz.
Pada akhir Januari, Korps Afrika secara terbuka menyatakan melalui Telegram bahwa mereka mengerahkan 100 personel ke Burkina Faso untuk membantu pemimpin baru negara tersebut, Ibrahim Traore, mengalahkan pemberontakan Islam di wilayah Sahel.
Mereka juga telah melakukan beberapa operasi di Mali dan Libya selama beberapa bulan terakhir. Meski demikian, Wagner masih berusaha mendapatkan pijakan di Burkina Faso yang sejak Januari 2022 dipimpin junta militer menyusul kudeta.
“Kami terus bekerja di benua Afrika dan kami terus bekerja di Belarus. Kami terus bekerja demi kebaikan Rusia,” kata pemimpin baru dan veteran Wagner, Anton Yelizarov, dalam sebuah video yang dirilis pada awal Februari.
(val/bac)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);