Jakarta, Pahami.id –
Pesta populis yang tepat JepangSanseito, mencetak kemenangan mengejutkan dalam pemilihan Dewan Tinggi Jepang yang diadakan akhir pekan lalu.
Meskipun hanya didirikan pada tahun 2020, partai sekarang telah memenangkan 14 kursi dari total 248 anggota reli tinggi, yang sebelumnya memiliki satu kursi.
Sanseito, yang berarti “Pesta Suara Rakyat”, menjadi perhatian publik berkat pendekatan kampanye yang agresif dan slogan populis “Jepang pertama” atau “Jepang pertama”.
Masalah imigrasi telah menjadi salah satu poin utama yang diangkat selama periode kampanye, karena jumlah orang asing meningkat di Jepang dalam dekade terakhir.
Ketua Sanseito Sohei Kamiya, dalam beberapa pidato yang disebut orang asing sebagai salah satu faktor yang menindas kehidupan komunitas Jepang.
Menurut data yang dikutip, jumlah orang asing meningkat dari 2,23 juta menjadi 3,77 juta dalam 10 tahun terakhir, meskipun masih sekitar 3 persen dari populasi Jepang lebih dari 120 juta.
“Semakin banyak orang asing datang ke Jepang,” kata Kitaya.
Dia menilai bahwa ketergantungan pada pekerja asing yang murah dapat berpotensi menekan upah pekerja lokal dan meningkatkan risiko kejahatan, meskipun mengatakan bahwa mereka tidak keberatan kedatangan wisatawan asing ketika mereka dilakukan.
Sanseito mendorong beberapa kebijakan yang secara langsung menargetkan masalah imigrasi. Beberapa dari mereka adalah pembatasan jumlah populasi asing dari masing -masing kota, memperketat proses imigrasi dan naturalisasi, serta pembatasan tunjangan sosial bagi orang asing.
Platform partai dikritik karena dianggap xenofobia dan didiskriminasi terhadap orang asing di Jepang.
Namun, pada pemilihan, kami telah mencoba mengurangi citra untuk menarik simpati pemilih perempuan.
Namun, strategi Sanseito dianggap dapat menarik perhatian pemilih yang tidak nyaman tentang kondisi ekonomi dan sosial negara itu.
Kami menyebut kemenangan ini sebagai bukti bahwa “publik akhirnya menyadari media yang salah dan sandan kanan.”
Kemenangan Sanseito pada saat yang sama memperingatkan Perdana Menteri Shigeru Ishiba dan Partai Demokrat Liberal (LDP), yang kehilangan mayoritas di kedua kamar parlemen setelah kalah dalam pemilihan Oktober lalu.
Dalam konferensi pers setelah pengumuman hasil pemilihan, Ishiba menyebut keputusan ini sebagai “penilaian LDP yang kuat” dan menyampaikan permintaan maaf kepada publik.
Dia menekankan bahwa dia akan terus memimpin pemerintah dengan mitra koalisi untuk menghadapi berbagai tantangan, termasuk tarif 25 persen dari AS yang dijadwalkan untuk 1 Agustus.
“Saya ingin segera berbicara dengan Trump untuk menemukan solusi,” kata Ishiba.
(ZDM/DNA)