Jakarta, Pahami.id —
pakar dari Council on Foreign Relations (CFR) meramalkan nasib demokrasi di Indonesia jika calon presiden nomor urut 02 Prabu Subianto menjadi presiden Republik Indonesia.
Di dalam artikel CFR yang dirilis Senin (12/2), Joshua Kurlantzick menuliskan pendapatnya tentang demokrasi di Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo.
Menurut Kurlantzick, jika Prabowo menjadi presiden, ia dapat menghancurkan demokrasi Indonesia dan memimpin negara berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa ini secara otoriter.
“Dia bisa menghancurkan demokrasi Indonesia dan memerintah seperti seorang populis otoriter Jawa sebagai presiden,” tulis Kurlantzick.
Kurlantzick melihat hal ini karena ia mengingat bahwa Prabowo memiliki hubungan dekat dengan angkatan bersenjata dan pernah menampilkan dirinya sebagai “pemimpin dari masa lalu otokratis dan dinasti Indonesia.”
Tentu saja, itu sebelum Prabowo dikenal luas sebagai kakek keren masa kini. Pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Prabowo mengubah citranya menjadi pemimpin yang lembut dan lucu.
Lebih lanjut, Kurlantzick juga memperkirakan hal tersebut karena berbagai kritik dan tudingan yang menghantui Menhan RI. Prabowo dituduh terlibat dalam penculikan aktivis pada tahun 1998.
Mantan menantu Presiden kedua RI, Soeharto, juga diyakini sebagai dalang genosida di Timor Leste pada tahun 1983.
“Dalam sebuah wawancara dengan Radio Australia, mantan Duta Besar AS untuk Indonesia Robert Gelbard menggambarkan Prabowo sebagai ‘mungkin pelanggar hak asasi manusia terbesar saat ini di kalangan militer Indonesia’,” tulis Kurlantzick.
Lebih lanjut, Kurlantzick juga mengenang kampanye Prabowo pada pemilu sebelumnya yang menampilkan dirinya sebagai sosok yang populis dan memfitnah kelompok minoritas.
Kurlantzick juga mengingatkan bahwa Prabowo telah berupaya menghilangkan pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung di Indonesia.
Pada tahun 2014, Prabowo mendorong rancangan undang-undang (RUU) pemilihan kepala daerah yang mengembalikan pemilihan kepala daerah ke tangan DPRD. Langkah ini kemudian digagalkan oleh Presiden yang masih menjabat saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, karena mendapat kritik dari masyarakat.
Berdasarkan hasil penghitungan suara yang dihimpun Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (16/2) pukul 13.30 WIB, posisi teratas ditempati oleh Prabowo Subianto dengan perolehan suara 56,97 persen.
Di peringkat kedua menyusul calon presiden nomor urut 01 Anies Baswedan dengan perolehan suara 25,02 persen. Sedangkan calon presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo menduduki peringkat terakhir dengan perolehan suara 18,01 persen.
(membaca)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);