Jakarta, Pahami.id –
International Islamic University of Indonesia (UIII) bersama dengan Komite Tinggi tentang Persaudaraan Manusia (HCHF) secara resmi meluncurkan Institut Persaudaraan manusia Indonesia sebagai bagian dari kontribusi sejati Indonesia dalam gerakan global untuk persaudaraan manusia atau persaudaraan manusia.
Peluncuran ini diadakan dalam serangkaian konferensi Persaudaraan Manusia Internasional, diadakan dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) dan Komite Persaudaraan Manusia (HCHF) dari Abu Dhabi.
Menteri Koordinator Pembangunan dan Budaya Manusia (Menko PMK) Pratikno menekankan bahwa UIII bukan hanya proyek pendidikan nasional, tetapi inisiatif global sebagai mercusuar dalam menyuarakan nilai -nilai Islam yang moderat, inklusif, dan toleran.
“UII sekarang menjadi rumah banjir pendidikan Islam sederhana di dunia, jadi UIII diarahkan untuk menjadi cahaya sederhana pendidikan Islam di seluruh dunia,” kata Pratikno dalam pidatonya di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta Tengah, Selasa (29/7).
“UIII bukanlah proyek Indonesia saja. Ini harus menjadi proyek global,” kata Pratikno.
Dia menjelaskan bahwa pendirian UIII tidak dimaksudkan untuk bersaing dengan lembaga pendidikan Islam lainnya di dunia, tetapi untuk melengkapi dan mengisi lowongan yang tidak dapat dicapai oleh lembaga lain.
“Uiii tidak ditetapkan untuk bersaing, tidak sama sekali, UIII dibentuk untuk mengisi lowongan yang tidak dapat dicapai,” katanya.
Menurut Pratikno, pemilihan kata “internasional” atas nama universitas mencerminkan mandat global. UIII dibentuk menjadi mercusuar di dunia pendidikan Islam sedang.
“Itulah sebabnya presiden menambahkan kata ‘internasional’ atas nama universitas karena misi ini global, tidak bersaing dengan lembaga yang ada. Indonesia bersedia berkontribusi signifikan terhadap gerakan global ini,” katanya.
Sebagai bagian dari mandat, pemerintah bersama dengan HCHF meluncurkan Institut Indonesia untuk Faternity Manusia, sebuah lembaga baru yang berbasis di UIII yang akan menjadi pusat studi, kerja sama, dan pengembangan nilai -nilai antaragama dan persaudaraan budaya.
Pratikno mengatakan pengalaman panjang Indonesia dalam keanekaragaman menjadi modal penting dalam berkontribusi pada perdamaian dunia.
“Selama berabad -abad, pulau -pulau -pulau -pulau kami telah menjadi titik pertemuan untuk peradaban, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konfusianisme yang berdekatan. Kami menunjukkan keragaman Indonesia.
UIII adalah tempat untuk berbagi model persatuan dalam keanekaragaman Indonesia secara global.
“Kami menawarkan pengalaman kami sebagai laboratorium perdamaian, terutama melalui UIII. Kami berbagi model keragaman dan persatuan, persatuan dalam keragaman,” katanya.
Dia menambahkan bahwa persaudaraan manusia tidak hanya dapat direalisasikan melalui hukum atau niat baik, tetapi harus berkembang dari komunitas akar rumput dan direalisasikan melalui program nyata.
“Persaudaraan harus tumbuh dari akar rumput, tidak cukup hanya melalui hukum hukum, membutuhkan hati dan pikiran, tidak dapat bertahan hidup dengan niat baik, itu membutuhkan tindakan konkret,” katanya.
Pratikno menyatakan bahwa Indonesia telah menentukan jalannya dalam menjawab tantangan global saat ini, yaitu memilih kerja sama, persatuan, dan dialog.
“Indonesia telah membuat pilihan, kami memilih dialog, bukan divisi, kami memilih kerja sama, bukan konflik,” katanya.
(Kyl/DMI)