Jakarta, Pahami.id —
Penjabat Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Seon Ho mengatakan militer akan menolak darurat militer jika Presiden Yoon Suk Yeol atur ulang status itu.
“Militer akan menentang segala upaya lebih lanjut untuk memberlakukan darurat militer jika Presiden Yoon Suk Yeol memutuskan untuk mengumumkannya untuk kedua kalinya,” kata Kim dalam konferensi pers, Jumat (12/6), dikutip Pemberita Korea.
Kim juga menyatakan bahwa militer akan menolak perintah darurat militer dari siapa pun, termasuk Panglima Tertinggi.
Analis dan lembaga pemantau hak asasi manusia (HAM) menduga Yoon akan menerapkan keadaan darurat militer kedua dalam waktu dekat.
Ketua Pusat Hak Asasi Manusia Militer Korea (CMHRK) Im Tae Hoon mengklaim Yoon mempertaruhkan negaranya demi ambisi politiknya.
“Yoon mungkin akan terus bertaruh dengan risiko lebih besar dalam urusan nasional,” kata Im seperti dikutip pada hari Jumat Pemberita Korea.
Dia kemudian berkata, “Pemberlakuan darurat militer harus dilihat sebagai pilihan yang sah bagi Yoon.”
CMHRK menilai tanda-tanda darurat militer yang kedua muncul setelah TNI Angkatan Darat tetap bersiaga tinggi meski darurat militer telah dicabut. Menurut mereka, situasi ini membuka peluang pengerahan tentara untuk darurat militer terbuka lebar yang kedua.
Kelompok ini juga mencatat bahwa beberapa komandan Angkatan Darat diminta bersiaga jika ada panggilan darurat. Selain itu, pihak militer melarang libur sementara hingga Minggu (12/9).
Di tengah kemungkinan Yoon mengumumkan darurat militer kedua, Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang berkuasa telah menyerukan presiden untuk mundur dari jabatannya.
Ketua PPP Han Dong Hoon yakin jika Yoon terus menjabat sebagai presiden, kemungkinan besar akan ada tindakan ekstrem seperti dalam situasi darurat militer.
Guru besar ilmu politik Universitas Myongji, Shin Yul, membaca sikap PPP sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap darurat militer kedua.
“Tampaknya Han dan para pemimpin partai telah menyimpulkan bahwa sebenarnya ada kemungkinan besar Presiden Yoon akan mengumumkan darurat militer kedua,” kata Shin seperti dikutip. AFP.
Yoon memberlakukan darurat militer pada Selasa malam pukul 23:00 dan berakhir dalam enam jam.
Status tersebut mendapat kritik dari berbagai pihak. Jika darurat militer diterapkan, Angkatan Bersenjata akan mempunyai kekuasaan yang terlalu besar, demokrasi akan lumpuh, dan hak warga sipil akan dicabut.
Masyarakat Korea Selatan tidak ingin kembali ke era yang penuh kediktatoran dan sanksi.
Usai dicabut, warga berbondong-bondong menuntut pengunduran diri Yoon. Pihak oposisi di parlemen juga telah mengajukan mosi pemakzulan dan akan mengadakan pemungutan suara pada hari Sabtu.
(isa/bac)