Jakarta, Pahami.id –
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengekspresikan aspirasinya untuk mengambil alih dan memiliki Strip GazaPalestina beralih ke negara -negara lain, dan membangun kembali wilayah tersebut menjadi “Riviera Timur Tengah”.
Dalam sebuah pernyataan, Trump mengatakan pemerintah AS akan merintis pembangunan di Gaza Strip untuk “menyediakan pekerjaan dan perumahan yang tidak terbatas” bagi rakyat di wilayah tersebut.
“Amerika Serikat akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami akan bekerja di sana, kami akan menguasainya,” kata Trump setelah bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Selasa (4/2).
Jadi apa rencana Trump setelah mengklaim mengambil alih Gaza?
Pengumuman Trump mengambil alih Jalur Gaza yang disebut tiba -tiba, bahkan tanpa diskusi dengan orang -orang di pemerintahannya sendiri.
Tidak hanya “kepanikan” AS tentang rencana Trump, pengumuman ini juga dikatakan sebagai delegasi yang mengejutkan Netanyahu yang datang ke Washington minggu lalu.
Dalam pengumumannya tentang rencana untuk membangun kembali pos Gaza pos, Trump menyiratkan bahwa AS akan mengambil “posisi kepemilikan panjang” di area saku.
Rencana Trump untuk secara permanen mentransfer seluruh penduduk Gaza, yang dirujuk untuk membangun area saku sebagai “Riviera Timur Tengah”. Dia juga menyamakan Gaza sebagai lokasi “real estat besar”.
“Ini bukan keputusan yang mudah. Semua orang yang saya ajak bicara, menyukai gagasan Amerika Serikat memiliki sebidang tanah, tumbuh, dan menciptakan ribuan lapangan kerja dengan sesuatu yang luar biasa,” katanya, mengutip Al Jazeera.
Seiring dengan rencana itu, Trump “bersikeras” mengatakan bahwa Palestina di Jalur Gaza akan dipindahkan ke negara -negara lain, seperti Yordania dan Mesir. Dia juga mengaku telah berbicara dengan Raja Jordan Abdullah II.
“Saya memberi tahu King Abdullah bahwa saya ingin Anda menutupi lebih banyak (pengungsi), karena saya melihat situasi di Jalur Gaza sekarang sangat rapi,” kata Trump.
Pada waktu itu, Trump juga mengklaim telah menyatakan idenya kepada Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi tentang transfer Gaza.
Mesir dan Jordan menolak proposal Trump, dan menyebut gagasan “ketidakadilan yang tidak bisa kita lakukan”.
(DNA/BAC)