Berita Kesaksian WNI Soal Udara ‘Membara’ Saudi dan Tumbangnya Jemaah Haji

by

Yogyakarta, Pahami.id

Seorang warga negara Indonesia (WNI) mengungkapkan dampaknya panas yang menggila pada jamaah haji saat rangkaian ibadah haji di Arab Saudi.

L. Hakim (36), salah satu warga Indonesia yang menunaikan ibadah haji tahun ini, melihat dengan mata kepala sendiri jemaah ambruk akibat suhu tinggi di sana.

Hakim merupakan jemaah haji asal Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, yang berkesempatan menunaikan ibadah haji berkat kerja sama tempat kerjanya dengan Pemerintah Arab Saudi. Dia bukan bagian dari jemaah Indonesia.


“Tentu saja Puanass “Sekali menghirup udara, terasa hangat,” kata Hakim saat dihubungi, Selasa (18/6).

Hakim mengungkapkan, suhu ekstrem yang melanda Mekkah dan sekitarnya menyebabkan panas di sana tak tertahankan dibandingkan di Indonesia. Suhu yang diukur adalah antara 45 dan 48 derajat Celcius.

Panasnya sendiri ia rasakan saat berjalan menuju lokasi rajam yang berjarak sekitar satu kilometer dari tempat ia menginap di Mina.

Pertama kali menunaikan ibadah haji pada tanggal 10 Zulhijjah dengan tetap mengenakan Ihram.

“Aku tidak berani kalau matahari langsung mengenai kepalaku, makanya aku pakai payung. Lalu minum terus, semprotkan air, gunakan semprotan pada wajah Anda. Ada orang yang tampaknya sudah memulai [kepanasan] Saya juga menyemprot,” kata pria asal Pati, Jawa Tengah itu.

Bosnya sebelumnya telah memperingatkan dia untuk mempersiapkan segala sesuatunya dari rumah. Khususnya perlengkapan untuk mendinginkan tubuh saat cuaca panas untuk mencegah kelelahan serangan panas.

Selama menunaikan ibadah haji, ia juga melihat banyak jamaah haji dari golongan lain yang tidak tahan dengan suhu tinggi. Hingga, ada yang mengetuk pintu tempatnya menginap meminta minum.

“Waktu itu banyak jamaah yang dorong lewat, ketuk pintu minta minum, panas sekali. Itu sebabnya. peziarah itu normal [jarak] Tenda bisa mencapai 4 kilometer dari lokasi [lempar jumrah],” dia berkata.

Hakim juga melihat empat hingga lima jamaah tergeletak di tanah. Ada pula di antara mereka yang tubuhnya ditutupi kain. Kesaksiannya jemaah sudah meninggal.

“Di depan tempatku tidur Seseorang telah meninggal, tergeletak di kain di pinggir jalan. Ya, karena mungkin akan lama juga. “Ada yang pingsan ditemani istri, jemaah, mungkin baru mau keluar atau dilempari batu sekitar pukul dua sore,” lanjutnya.

Melihat situasi tersebut, dua jemaah lagi yang merupakan sahabat Hakim asal Malaysia malah mengurungkan niat berjalan kaki mencari Bendungan Haji. Mereka hanya berjalan kurang dari 1 kilometer sebelum kembali ke penginapan.

Pasalnya, pihak berwenang setempat juga telah mengeluarkan peringatan untuk tidak meninggalkan area hotel saat cuaca sedang panas.

Pemandangan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dilihat Hakim saat melakukan wukuf di Arafah. Bahkan di malam hari, udara masih terasa panas meski tanpa terik matahari.

Hujan turun selama 15 menit di halaman berikutnya…


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);