Yogyakarta, Pahami.id –
Kepala Kepolisian Regional Khusus Yogyakarta (DIY), Inspektur Jenderal Polisi Suwondo Nainggolan memastikan bahwa tidak ada perselisihan antara daerahnya karena sirkulasi tantangan.
“Ini bukan masalah etnis, ini adalah masalah individu yang melakukan kejahatan,” kata Suwondo di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Sabah, Kota Yogyakarta pada hari Rabu (12/2).
Suwondo pada waktu itu baru saja menghadiri pertemuan dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan perwakilan keluarga Madura di Yogyakarta.
Pertemuan ini sebagai bagian dari dinamika yang mengalir bereaksi terhadap sirkulasi nama keluarga Madura Yogyakarta.
Surat itu menulis Madurese yang membuka bisnis stan ritel di DIY Restless karena tindakan individu dari kelompok komunitas tertentu yang melakukan dan hancur. Telah dinyatakan bahwa insiden itu telah mencapai beberapa dekade.
Surat itu juga meminta agar nomor grup yang dimaksud untuk memastikan tindakan seperti itu tidak akan diulang, atau keluarga Madura Yogyakarta akan menantang untuk membuka mobil.
Kesadaran diri adalah tradisi pertempuran yang telah dilakukan Madurese untuk menyelesaikan masalah.
Setelah peredaran surat itu, Suwondo mengatakan polisi negara itu, TNI dan pemerintah daerah telah datang ke semua pihak terkait untuk mencari tahu masalahnya.
Selain itu, Suwondo memastikan bahwa proses hukum telah dilakukan dalam kasus yang memicu peristiwa ini. Pelakunya, katanya, ditangkap.
“Sudah ditangkap, diproses,” kata Suwondo.
Selain itu, Suwondo menegaskan bahwa polisi berkomitmen untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat. Termasuk, memodifikasi patroli dengan pola stasioner dan kegiatan pencegahan lainnya untuk mengatasi potensi gangguan Kamtibmas.
“Meskipun kami harus melakukan penegakan hukum, kami akan melakukan penegakan hukum sesuai dengan rasa keadilan dari semua pihak,” kata Suwondo.
Sementara itu, Mahrus Ali sebagai juru bicara Madura Yogyakarta mengatakan bahwa insiden itu telah beberapa waktu lalu bahwa partainya mengeluarkan surat terbuka dianggap telah selesai.
Ini juga berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan perdamaian publik di Yogyakarta. Dia juga menjelaskan bahwa niat membuat surat ‘pencarian’.
“Surat itu muncul lebih karena cinta kami pada jogja, kami tidak bisa menjadi kota yang tidak aman. Sejauh ini, jogja aman, nyaman, jadi surat itu dibuat,” kata Mahrus.
“Oleh karena itu, kami sebenarnya ingin menguranginya, bukan untuk menemukan, jadi surat itu dibuat, jadi itu bukan orientasi yang nyata. Lebih untuk mengurangi psikologi publik sehingga tidak mudah untuk marah karena peristiwa yang tidak nyaman, “Dia menyimpulkan.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan dialog semua elemen terkait yang ia terima laporannya. Pertemuan dengan peringkat forkopimda berlanjut sampai pertemuan hari ini menyimpulkan dua hal sebagai solusi singkat.
“Pertama, stan memiliki kata ‘bayar tunai’. Dengan uang tunai itu memiliki posisi,” kata sultan.
“Kedua, jika ada paksaan dan sebagainya kami meminta proses hukum, secara konsisten berkurang, itu tidak akan terjadi lagi. Itu hanya keputusan yang dapat dibuat segera untuk mendinginkan atmosfer,” kata Sultan.
Raja Istana Yogyakarta juga menuntut agar Forkopimda mendapat peringkat untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanannya dalam ketentuannya.
(kum/wis)