Jakarta, Pahami.id –
Jumlah populasi penjara di dalam Perancis mencapai rekor tertinggi dalam sejarah dengan 83.681 penduduk ditahan hingga 1 Mei 2025. Angka tersebut dikatakan melampaui kapasitas penahanan secara nasional, 62.750 penduduk.
Menurut data dari Kementerian Kehakiman Prancis pada hari Sabtu (31/5) jumlah penduduk penjara di Prancis meningkat 6.000 orang selama 2024, hingga 133,7 persen.
Jumlah orang yang melebihi kapasitas bahkan mencapai rekor 23 dari 186 fasilitas penahanan Prancis yang beroperasi dengan lebih dari dua kali lipat.
Menteri Kehakiman Gerald Darmanin mengatakan krisis penahanan yang berlebihan tidak dapat diterima. Dia telah mengusulkan pembangunan fasilitas baru untuk mengakomodasi penduduk penjara yang sedang tumbuh.
Pada pertengahan -2025, ia menyuarakan rencana untuk membangun penjara keamanan tinggi di Guyana Prancis, sebuah laut di seberang laut yang terletak di Brasil utara, untuk penjahat yang paling “berbahaya”, termasuk raja narkoba.
“Kepadatan populasi penjara sangat buruk bagi semua orang,” kata Darmanin pada bulan April seperti yang dilaporkan oleh AFP.
Dia juga merujuk pada “negara sedih” untuk penahanan dan “rasa tidak aman dan kekerasan” yang dihadapi oleh pejabat penjara.
Serangkaian serangan yang terkoordinasi di penjara Prancis pada bulan April 2025 menyebabkan penyerang membakar mobil, menyemprotkan pintu masuk satu penjara dengan tembakan otomatis.
Serangan itu memalukan terhadap pemerintah yang bersandar di sebelah kanan, di mana para menteri berbicara dengan keras, termasuk Darmanin dan Menteri Dalam Negeri Bruno Retilleau.
Situasi ini membuat mereka berjanji untuk meningkatkan perang terhadap narkotika.
Pada akhir April, para anggota parlemen mengesahkan RUU baru untuk memerangi kejahatan terkait narkoba, dengan beberapa pengedar narkoba paling berbahaya di Prancis menghadapi penahanan di unit penjara keamanan tinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Prancis menjadi salah satu negara terburuk di Eropa terkait dengan kepadatan populasi penjara, di tempat ketiga setelah Siprus dan Rumania, menurut sebuah studi Dewan Eropa yang diterbitkan pada Juni 2024.
(AFP/CHRI)