Berita Italia Tinggal Tunggu Waktu Akui Negara Palestina

by
Berita Italia Tinggal Tunggu Waktu Akui Negara Palestina


Jakarta, Pahami.id

Perdana Menteri Italia Giongia Meloni mengatakan negaranya hanya menunggu dia mengenalnya negara.

Dalam pernyataannya kepada wartawan di luar KTT Keamanan Gaza, Meloni mengatakan prospek Italia mengakui kemerdekaan Palestina menyusul perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.

Tentu saja, jika rencana itu terlaksana, pengakuan Italia terhadap Palestina pasti akan semakin dekat, kata Meloni di Mesir, Senin (13/10), seperti dilansir kantor berita ANSA.


Meloni menegaskan, Italia akan mendukung berdirinya negara Palestina sambil terus memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Gaza.

Ia pun menegaskan negaranya siap mengirimkan pasukan carabinieri jika diminta oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Italia siap melakukan bagian kami, ini kesempatan besar, ini hari bersejarah, saya bangga Italia ada di sini,” ujarnya seperti dikutip Anadolu Agency.

Dalam kesempatan tersebut, Meloni juga memuji Presiden AS Donald Trump yang berhasil menjalin perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Ia juga berharap Trump di Gaza juga bisa terjadi di Ukraina.

“Kami berharap dia lebih (sukses), dimulai dari Ukraina,” ujarnya.

Pekan lalu, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui gencatan senjata berdasarkan proposal damai yang ditetapkan pada 29 September.

Israel dan Hamas menerapkan gencatan senjata tahap pertama, yang mencakup pertukaran uang tebusan dan penarikan pasukan Israel secara bertahap. Semua sandera dari kedua belah pihak telah dikeluarkan.

Fase kedua akan mencakup pembentukan pemerintahan baru di Gaza tanpa partisipasi Hamas, pembentukan pasukan keamanan yang terdiri dari negara-negara Palestina dan Arab-Muslim, dan senjata Hamas.

Sejak Oktober 2023, invasi kejam Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 67.800 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Serangan Israel menyebabkan masyarakat Gaza kelaparan dan menghancurkan hampir seluruh bangunan di Gaza sehingga tidak layak lagi untuk dijadikan tempat tinggal.

(Blq/DNA)