Daftar Isi
Jakarta, Pahami.id –
Invasi Kejam Israel ke Jalur Gaza Palestina ke media asing yang menyoroti polemik bendera anime Terpisah Hari Kemerdekaan Indonesia ke -80 menjadi fokus berita internasional pada hari Senin (4/8).
Mengikuti berita internasional Flash:
Netanyahu akan memperluas serangan terhadap Gaza, mengklaim untuk membebaskan tebusan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan kabinet pada hari Selasa (5/8).
Afp Pelaporan, seorang perwira di Kantor Perdana Menteri Israel diikuti oleh Channel 12 dan Yerusalem setelah menyatakan bahwa Netanyahu cenderung memperluas serangan di Gaza, Palestina, dan menyita seluruh area saku di bawah upaya untuk melepaskan sandera.
Netanyahu dikatakan telah menggunakan negosiasi dengan faksi milisi Hamas di Gaza untuk memperluas operasi militernya ke wilayah tersebut. Dikatakan bahwa saat ini ada setidaknya 20 sandera yang selamat dari Hamas.
Hampir 50 tentara Israel bunuh diri setelah dikirim ke Gaza, ada apa?
Hampir 50 tentara Israel telah melaporkan bunuh diri sejak Tel Aviv meluncurkan invasi brutalnya ke Jalur Gaza Palestina pada Oktober 2023.
Setiap hari Haaretz Melaporkan bahwa ada 17 tentara bunuh diri sepanjang tahun 2025, sementara 24 kasus lainnya terjadi pada tahun 2024, dan 17 kasus pada tahun 2023, termasuk tujuh tentara yang melakukan bunuh diri setelah pecahnya invasi di Gaza.
Surat kabar itu mengatakan bahwa kurangnya profesional kesehatan mental di militer, termasuk psikiater, psikolog, dan pekerja sosial adalah faktor yang berkontribusi pada kasus-kasus bunuh diri ini.
Media asing menyoroti polemik bendera satu bagian menjelang peringatan Republik Indonesia
Menjelang peringatan 80 tahun Republik Indonesia, bendera bajak laut dari seri anime Jepang adalah perhatian publik, bahkan menarik beberapa media internasional.
Bendera, yang dikenal sebagai Jolly Roger, yang dimiliki oleh kelompok topi topi jerami, dibesarkan oleh beberapa orang Indonesia di rumah, kendaraan, kepada publik sebagai bentuk simbolis dari protes sosial dan politik.
Fenomena ini memicu polemik. Pemerintah Indonesia, melalui beberapa pejabat tinggi, menyatakan keprihatinan bahwa tren tersebut dapat memicu perpecahan negara, bahkan dianggap sebagai bentuk bahan simbolik.
(RDS)
