Jakarta, Pahami.id —
Israel memvonis Fatah dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas karena menandatangani perjanjian damai dengan Hamas.
Pada Selasa (23/7), Fatah dan Hamas sepakat menandatangani perjanjian damai untuk memerintah Jalur Gaza bersama setelah invasi brutal Israel sejak Oktober 2023 berakhir.
“Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian dengan Tiongkok untuk bersama-sama menguasai Gaza setelah perang. Alih-alih menolak kekerasan, Mahmud Abbas malah merangkul para pembunuh dan pemerkosa Hamas, mengungkapkan wajah asli mereka,” kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dalam postingan di X.
“Pada kenyataannya, hal ini tidak akan terjadi karena kekuatan Hamas akan hancur, dan Abbas akan memantau Gaza dari jauh,” tambah Katz.
Pejabat senior Hamas Musa Abu Marzouk mengumumkan bahwa partainya telah menandatangani perjanjian damai dengan Fatah dan beberapa kelompok Palestina lainnya di Beijing, Tiongkok.
“Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa cara untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional,” kata Marzuk. AFP pada Selasa (23/7).
“Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya (persatuan nasional),” tambahnya.
Laporan dari Al JazeeraFatah dan Hamas saat ini mengadakan pertemuan tiga hari di Beijing, Tiongkok.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pejabat tinggi Hamas, Fatah dan kelompok politik Palestina lainnya dengan fokus membahas rekonsiliasi nasional.
Pertemuan yang berlangsung pada Minggu (21/7) itu dihadiri Wakil Ketua Fatah Mahmoud Alloul dan Kepala Urusan Politik Hamas Ismail Haniyeh.
“Kami, Fatah, terbuka untuk menyelesaikan dan menghilangkan semua hambatan bagi perdamaian di bawah kondisi sulit yang dialami Palestina seiring dengan perang genosida di Gaza,” kata pemimpin senior Fatah Abdel Fattah Dawla.
Rekonsiliasi ini kembali diupayakan menyusul invasi brutal Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung sejak Oktober 2023 dan telah menewaskan hampir 39 ribu warga Palestina.
(rds/bac)