Berita Israel Harus ‘Bayar Mahal’ Jika Berani Serang Hamas di Turki

Jakarta, Pahami.id —

Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan Israel akan membayar mahal, jika berani menyerang anggota kelompok Hamas di Turki.

Pernyataan itu menanggapi laporan bahwa Israel akan membunuh anggota Hamas di luar Palestina.

“Jika mereka berani mengambil langkah seperti itu terhadap Turki dan rakyat Turki, mereka akan membayar harga yang tidak dapat mereka tanggung,” kata Erdogan kepada wartawan, Selasa (12/5), dikutip. Agensi Anadolu.

Erdogan memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi konsekuensi serius jika benar-benar menyerang Hamas di Turki.

Dia kemudian menunjukkan bahwa semua orang sadar bahwa Turki adalah negara terbaik di bidang intelijen dan keamanan.

“Lagi pula, kami bukan negara yang baru didirikan,” kata Erdogan.

Erdogan merupakan salah satu kepala negara yang vokal menentang agresi Israel terhadap Palestina.

Dia bahkan menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “tukang jagal” dan harus dibawa ke pengadilan internasional atas kejahatan perang Israel di Gaza.

Tentara Israel melancarkan serangan tahap kedua ke Palestina setelah gencatan senjata tidak diperpanjang.

Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang dua kali hingga berakhir pada 30 November.

Setelah berakhirnya konflik, Israel menyerang Gaza secara besar-besaran, terutama di wilayah selatan yang berpenduduk padat.

Wilayah selatan menjadi tempat perlindungan warga Gaza utara yang diusir Israel pada November lalu. Kini, kawasan tersebut telah menjadi medan pertempuran.

Banyak pihak yang menilai masyarakat Gaza tidak lagi memiliki tempat yang aman untuk berlindung, apalagi Israel terus menerus menyerang objek-objek sipil seperti rumah sakit dan kamp pengungsi.

Terbaru, Israel menyerang kamp pengungsi Jabalia selama 12 jam nonstop.

Israel telah melancarkan invasi ke Palestina sejak 7 Oktober. Akibat serangan mereka, lebih dari 16.000 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, tewas.

(isa/dna)

[Gambas:Video CNN]