Jakarta, Pahami.id —
Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyahtewas dalam serangan di Teheran, Iranpada Rabu (31/7).
Departemen Hubungan Masyarakat Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) mengatakan Haniyeh tewas dalam serangan yang dilakukan dini hari waktu setempat.
Sementara Hamas mengatakan Haniyeh meninggal karena serangan Israel terhadap kediamannya di Teheran. Israel belum mengomentari kejadian ini.
Serangan terhadap Haniyeh terjadi hanya seminggu setelah faksi Palestina Hamas dan Fatah berdamai berkat mediasi Tiongkok.
Dua faksi utama di Palestina sepakat menandatangani perjanjian damai untuk mengakhiri persaingan politik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Haniyeh menghadiri pertemuan tiga hari di Beijing dengan wakil pemimpin Fatah, Mahmoud Alloul.
Hamas-Fatah dan faksi lain di Palestina juga sepakat untuk membentuk pemerintahan nasional sementara yang berfokus pada pemerintahan pascaperang di Jalur Gaza.
Hamas dan Fatah berselisih sejak pemilu Palestina tahun 2007. Perebutan kekuasaan memecah belah Palestina hingga akhirnya masyarakat Jalur Gaza dan Tepi Barat terpecah menjadi dua pemerintahan.
Hamas menguasai Jalur Gaza sedangkan pemerintahan Palestina di Tepi Barat dipimpin oleh Fatah.
Sejauh ini, komunitas internasional mengakui Otoritas Palestina di Tepi Barat sebagai pemerintahan resmi.
Meski berbeda, tujuan utama Fatah dan Hamas pada dasarnya sama, yakni mendirikan Negara Palestina merdeka dengan wilayah sesuai ketentuan tahun 1967. Namun kedua faksi ini mempunyai pendapat berbeda mengenai Israel.
Hamas sangat menentang segala bentuk dialog dan negosiasi dengan Israel. Sementara itu, Fatah menyetujui jalur yang lebih diplomatis.
Sejak invasi Israel ke Jalur Gaza meletus pada 7 Oktober, beberapa pejabat senior Hamas masuk dalam daftar paling dicari Zionis, salah satunya adalah Ismail Haniyeh.
Haniyeh adalah kepala operasi politik Hamas di Qatar.
Kehadirannya di Iran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.
(blq/baca)