Jakarta, Pahami.id —
Iran membuat tuduhan Amerika Serikat bahwa Teheran terlibat dalam rencana pembunuhan presiden terpilih Donald Trump sebagai “sama sekali tidak berdasar”.
Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataannya dengan tegas menolak tuduhan bahwa pihaknya menargetkan pembunuhan pejabat di AS.
“Iran menolak tuduhan terlibat dalam upaya pembunuhan yang menargetkan mantan atau pejabat AS saat ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei, dikutip AFP.
Sebelumnya, Departemen Kehakiman AS menyatakan seorang pria Iran diduga terkait dengan rencana pembunuhan Presiden terpilih AS Donald Trump. Pria tersebut diduga terkait dengan jaringan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Departemen tersebut mengatakan pria Iran itu mengatakan kepada penegak hukum bahwa dia ditugaskan pada 7 Oktober untuk membunuh Trump.
AS menggambarkan pria tersebut sebagai aset IRGC yang berimigrasi ke AS saat masih anak-anak. Dia dideportasi sekitar tahun 2008 karena dicurigai melakukan perampokan.
Departemen tersebut mengatakan telah mendakwa dua orang lainnya sehubungan dengan dugaan keterlibatan mereka dalam rencana pembunuhan seorang warga negara Iran AS di New York.
Kandidat Partai Republik, Donald Trump, akan kembali menjadi Presiden AS setelah mengalahkan kandidat petahana dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
Versi quick count beberapa media, termasuk New York Times, mencatat Trump memperoleh 295 suara elektoral, sedangkan Harris memperoleh 226 suara.
Berdasarkan perhitungan popular vote, Trump juga mengungguli Harris yang sebesar 50,9 persen berbanding 47 persen.
(DNA/DNA)