Jakarta, Pahami.id —
Detail baru mengenai operasi untuk membunuh mendiang Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, September lalu kembali terungkap.
Meluncurkan Mata Timur Tengahseorang pejabat senior keamanan Hizbullah, Wafiq Safa, mengungkapkan bahwa Nasrallah terbunuh oleh bom penghancur bunker yang dilemparkan oleh pasukan Israel ke ruang operasi markas Hizbullah di Beirut selatan.
Pernyataan itu disampaikan Safa dalam jumpa pers, Minggu (5/1) di dekat lokasi penyerangan yang menewaskan Nasrallah. Konferensi pers tersebut digelar bertepatan dengan 100 hari setelah meninggalnya Nasrallah.
“Yang Mulia (Hassan Nasrallah) biasanya memimpin pertempuran dan peperangan dari lokasi ini,” kata Safa dalam konferensi pers seperti dikutip Berita Irlandia.
Meski begitu, Safa tidak menjelaskan secara detail kronologi penyerangan Israel dan bagaimana jenazah Nasrallah akhirnya ditemukan.
Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di selatan Beirut pada 27 September 2024. Saat itu, Israel dan Hizbullah sedang panas-panasnya saling serang.
Saat itu, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan enam orang meninggal dunia bersama Nasrallah.
Menurut laporan media, Nasrallah dan pejabat senior lainnya sedang mengadakan pertemuan di ruang operasi bawah tanah ketika serangan Israel menghantam mereka.
Pembunuhan pemimpin Hizbullah berusia 32 tahun itu meningkatkan perang antara Israel dan Hizbullah, yang menghancurkan sebagian besar wilayah selatan dan timur Lebanon selama dua bulan.
Amerika Serikat pun melakukan intervensi dan akhirnya menjadi perantara perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 27 November.
Hizbullah semakin bertekad melancarkan serangan udara ke Israel sejak Tel Aviv melancarkan invasi brutal ke Jalur Gaza Palestina pada Oktober 2023. Hizbullah mengatakan serangan terhadap Israel adalah bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Dalam pidatonya pada Sabtu (4/1), pemimpin Hizbullah saat ini, Naim Kassem, menyatakan pejuangnya siap menyerang Israel jika pasukan Zionis tidak meninggalkan Lebanon selatan pada akhir Januari mendatang.
(rds)