Jakarta, Pahami.id –
Pembantaian orang Palestina oleh tentara Israel terulang lagi. Kali ini di kamp pengungsi yang terletak di Lebanon Selatan.
Akibatnya, puluhan orang tewas dalam kejadian tersebut. Dilaporkan AFPIsrael membenarkan serangan tersebut. Namun, seperti biasa, Israel menyatakan bahwa mereka menyerang kompleks Hamas.
Israel mengatakan mereka beroperasi melawan Hamas di Lebanon.
“Teroris beroperasi di kompleks pelatihan Hamas di wilayah Ain al-Helweh di Lebanon selatan,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Ini bukan serangan pertama Israel terhadap kamp pengungsi. Pada tahun 1982 Israel juga menyerang kamp pengungsi di Sabra dan Shatila, menewaskan 3.500-4.000 pengungsi.
Banyak artikel berita menulis dengan nada yang sama. Israel menyerang selama 48 jam nonstop tanggal 16-18 September hingga banyak yang tewas di tempat tidurnya. Kemudian anak-anak tersebut, yang berusia tidak lebih dari tiga dan empat tahun, ditemukan dalam keadaan basah kuyup dengan piyama dan selimutnya berlumuran darah.
Dalam banyak kasus, penyerang memotong organ korbannya sebelum mengeksekusinya. Mereka membenturkan beberapa kepala bayi ke dinding.
Para wanita tersebut diperkosa sebelum dibunuh. Orang-orang tersebut diseret dari rumah mereka dan dieksekusi di jalan.
Yang lebih tragis lagi, tidak ada hukuman bagi pelaku kejahatan ini. Faktanya, Menteri Pertahanan Israel yang memerintahkan penyerangan, Ariel Sharon, terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada tahun 2001.
Sharon adalah seorang jenderal yang terlibat dalam banyak serangan terhadap negara-negara Palestina dan Arab, termasuk Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Sharon, saat memimpin salah satu dari tiga divisi lapis baja yang beroperasi melawan Mesir. Setelah angkatan udara Israel menghancurkan sebagian besar kapal perang Mesir di lapangan pada hari pertama konflik, pasukan darat Israel kembali menyerang Sinai, di mana mereka hanya menemui sedikit perlawanan. Sharon dipuji sebagai pahlawan militer.
Namun saat ia menjadi PM, penyakit stroke menghalanginya untuk berbuat banyak pada tahun 2006. Stroke tersebut memaksanya untuk pergi ke rumah sakit dan ia harus meninggalkan jabatannya untuk fokus menjaga kesehatannya.
Hingga akhirnya, pria berjuluk “The Butcher of Beirut” itu mengalami koma selama delapan tahun. Meski secara medis dinyatakan hidup, ia hanya tidur di kasur sambil makan dan minum melalui selang dengan mata terbuka. Sharon meninggal pada 11 Januari 2014 pada usia 85 tahun.
Mantan Presiden AS Ronald Reagan menggambarkannya sebagai “orang yang suka berperang dan tampaknya tidak sabar untuk memulai perang”.
Tidak ada pengadilan bagi para pembunuh di Sabra dan Shatila. Situs web Institute for Middle East Understanding (IMEU) menulis, “Menteri Pertahanan Sharon bertanggung jawab atas pembantaian tersebut. Dia merencanakan dan memprakarsai serangan Israel yang tidak terbukti.”
(IMF/BAC)

