Jakarta, Pahami.id —
Transgender di Thailand menjadi perbincangan usai bertengkar dengan kaum transgender Filipina di Sukhumvit, Bangkok awal pekan ini.
Dua kelompok transgender Thailand mengatakan mereka kesal dengan warga Filipina yang dituduh “melewati batas” saat bekerja.
Mereka mengatakan transgender Thailand telah bekerja di wilayah Sukhumvit selama bertahun-tahun. Namun, tiba-tiba muncul sekelompok transgender Filipina dan kerap ‘nongkrong’ di sekitar hotel di Soi 11.
Polisi bahkan turun tangan untuk menyelesaikan perselisihan mereka dan menjamin keselamatan semua pihak.
Seperti apa kehidupan transgender di Thailand?
Di Thailand terdapat sekitar 314.808 orang transgender.
Pakar studi gender dan pembangunan dari Asian Institute of Technology di Thailand Saittawut (Matt) kaum transgender di Thailand terus memperjuangkan pengakuan hukum.
“Thailand merasa sulit untuk mengatasi keberadaan transgender berdasarkan hukum,” katanya dalam sebuah artikel yang diterbitkan di situs Kemitraan Pemuda Strategis ASEAN-Australia.
Matt mengatakan kaum transgender di Thailand juga menghadapi diskriminasi dan stereotip dari masyarakat di sana.
Akibatnya, para transgender dipandang rendah oleh masyarakat dan tidak bisa hidup normal.
Sebelum tahun 2013, mereka tidak diikutsertakan dalam proses wajib militer karena dianggap ‘psikopat’.
Pada tahun 2015, Thailand memperkenalkan undang-undang hak-hak lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer (LGBTQ). Langkah ini membantu mengurangi stereotip terhadap kelompok minoritas namun belum signifikan.
Lebih lanjut, Matt menjelaskan bahwa kaum transgender Thailand tidak memiliki kesempatan untuk mengakses pendidikan dan karir.
Akhirnya mereka berakhir di tengah-tengah wilayah abu-abu, seperti sektor prostitusi atau hiburan, lanjutnya.
Mereka juga tidak boleh menikahkan pasangan sesama jenis karena belum ada peraturan hukum yang mengatur hal tersebut.
Menurut laporan BNN Bloombergpada bulan Oktober, Thailand berencana untuk mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) hak-hak LGBTQ, Kesetaraan Pernikahan yang akan menjamin pernikahan sesama jenis.
“Saya percaya setiap orang harus memiliki hak yang sama, apapun jenis kelaminnya,” kata Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin di X pada Oktober 2023.
Namun, koalisi 11 partai Srettha harus meloloskan RUU tersebut. Jika disetujui, rancangan ini akan dibahas di parlemen yang akan digelar pada Desember mendatang.
Apakah pernikahan sesama jenis legal masih menjadi perdebatan di Thailand hingga saat ini.
Di Asia, hanya Jepang yang melegalkan pernikahan sesama jenis.
(isa/bac)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);