Jakarta, Pahami.id –
Kelompok Militan Hamas memperingatkan bahwa gencatan senjata akan gagal setelah beberapa serangan mematikan Israel di Jalur Gaza, Sabtu (22/11).
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan dia telah menyampaikan kemarahannya kepada mediator atas serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza meskipun kelompok tersebut mematuhi gencatan senjata AS.
“Kami meminta mediator segera turun tangan untuk mencegah kegagalan perjanjian seperti yang dituntut pendudukan,” kata pejabat yang namanya telah diubah itu, dikutip dari Al Jazeera.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut menambahkan: “Pelanggaran sistematis Zionis terhadap perjanjian tersebut telah mengakibatkan kematian ratusan orang sebagai akibat dari serangan dan pembunuhan yang terus menerus dengan dalih yang dibuat-buat.
Serangan udara Israel menghantam beberapa wilayah di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 21 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya dalam pelanggaran terbaru terhadap gencatan senjata yang telah berlangsung selama enam minggu.
Sementara itu, tentara Israel mengatakan telah membunuh atau menangkap lebih dari selusin pria bersenjata Palestina yang terperangkap di sebuah terowongan di bawah kota Rafah yang diduduki Israel.
“Beberapa saat yang lalu, tentara yang beroperasi di timur Rafah menemukan dan menangkap teroris lain yang mencoba melarikan diri dari infrastruktur teror bawah tanah di wilayah Rafah,” kata tentara dalam sebuah pernyataan.
“Pada akhir upaya 24 jam, seluruh 17 teroris yang mencoba melarikan diri dari infrastruktur teror bawah tanah di timur Rafah berhasil dibasmi atau ditangkap,” ujarnya.
Serangan Israel ini dilakukan saat perjanjian gencatan senjata masih berlaku. Israel terus melakukan penembakan dan serangan udara, menewaskan ratusan orang sejak Oktober.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 300 orang tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak gencatan senjata diberlakukan Oktober lalu.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric telah menyatakan keprihatinannya atas rapuhnya gencatan senjata di Gaza.
(FRA/AFP/FRA)

